Page 23 - MAJALAH 103
P. 23
yang kritis juga kelas menengah
yang kritis, yang bisa melakukan
pencerdasan terhadap masyarakat
dengan informasi yang akurat.
Mencerdasakan melalui analisa
analisa. Dengan begitu, masyarakat
jadi cerdas sehingga menjadi
subyek yang betulbetul sadar,
bisa menentukan siapa yang jadi
presiden. Bisa menilai, oh Prabowo
begini, oh Megawati begini, SBY
begini, sehingga kita punya ruang
untuk berubah.
Faktanya selama 15 tahun
reformasi, kita seperti tidak
punya waktu untuk mendidik
masyarakat. Padahal, 15 tahun
bukan waktu yang singkat?
Persoalannya masyarakat, kan,
subyektif. Sekarang kesalahan
siapa? Menurut saya kesalahan kelas
menengah. Kelas menengah tidak
pernah punya kesadaran ideologis
untuk membangun masyarakat.
Yang terjadi kelas menengah hanya pencerdasan politik parpol pun tidak baru yang lebih baik.
ingin mengejar kepentinganannya, punya orientasi untuk membangun
meningkatkan kelas sosialnya. masyarakat, tapi untuk membangun Sekarang apa yang harus kita
Jadi, tidak ada oreientasi ke bawah. kekuasaan. bangun di sana. Bagaimana mengisi
Looking down tidak ada. ruang demokrasi ini dengan ruh
Ini dua ranah yang sangat berbeda. demokrasi, nilainilai yang benar,
Sekarang siapa kelas menengah Merebut kekuasaan orientasinya nilai keadilan, kesejahteraan,
dalam konteks ini. Kalau bicara ver tikal. Kalau membangun kesetaraan. Coba sekarang kita
parpol, elitelit parpol ratarata masyarakat orietasinya horizontal lihat, presiden kita mendapat
isunya tidak ke bawah, isunya ke atas dan ke bawah. Bagaimana kita penghargaan soal kebebasan
dan rakyat dipakai sebagai simbol mendesak agenagen politik seperti beragama. Ini kan sebuah paradoks
untuk melegitimasi isu mereka. ini untuk membangun masyarakat. yang luar biasa menggelikan, karena
Kemudian media masa, sebagian Ini menjadi pertanyaan retoris karena di sini punya persoalan kebebasan
besar mengarah ke industrialisasi tidak pernah punya mekanisme agama yang sangat serius. Sebagian
sehingga kecerdasan publik tidak untuk memaksa mereka melakukan orang tidak bisa beribadah dengan
jalan. Tapi, fungsi pasarnya jalan. itu. Sekali lagi yang menghakimi baik.
Orang cari iklan, kejar oplah dan mereka adalah opini publik.
segala macam, tidak lagi orientasinya Ada orang yang dibunuh karena lain
pada pencerdasan politik. Memang Ada wacana menggelorakan keyakinan. Ini kita bicara hak asasi,
ini dilema. reformasi jilid II. Bagaimana Di mana keberadaan pemerintah, di
menurut Anda? mana posisi polisi pada saat ini. Lalu,
Media massa harus menjadi dalam keadaaan seperti ini presiden
industri ketika punya kebutuhan Sebetulnya saya enggak setuju diberi penghargaan. Ironi yang
modal, butuh untung. Di sisi lain dengan istilah reformasi jilid II. sangat menggelikan dan sangat
memang ada tanggungjawab sosial Sekali lagi secara teoritis namanya menjijikkan. Sekarang proses seperti
kepada masyarakat. Sekarang siapa transisi politik selalu bersifat jangka ini yang harus kita nilai. Orang di
yang harus mendamaikan dua pendek. Maka, tidak boleh lama. Ini luar sana mengatakan demokrasi
kepentingan ini. Ini pertanyaannya. 15 tahun sudah kelamaan. Kalau Anda berhasil. Kita sebetulnya
Di sini sebetulnya dibutuhkan sekarang jilid II makin rumit. Tapi, sudah dimanipulasi secara sistemik
media ideologis, media yang okelah kita terima terminologi ini oleh kekuatan luar.
kritis, media yang secara ideologi sebagai upaya untuk mendefinisikan
konstan, sehingga apapun situasi sebuah keadaan bahwa setelah 15 Coba kita lihat penilaian Freedom
pasar akan tetap memegang nilai tahun gagal, kita harus ke keadaan House Institute di Washington yang
PARLEMENTARIA EDISI 103 TH. XLIII, 2013 23

