Page 111 - Konflik Agraria Urutsewu: Pendekatan Ekologi Politik
P. 111
proses penambangan yang berlangsung sekitar 20 tahun lebih banyak
memberikan dampak negatif. 57
Kesadaran ekologis mengenai dampak penambangan
melekat pada masyarakat Mirit dan masyarakat Urutsewu
secara menyeluruh. Upaya reklamasi lahan yang dijanjikan
perusahaan tidak membuat masyarakat serta-merta menyepakati
penambangan. Reklamasi yang diharapkan masyarakat adalah
pengembalian tanah seperti sedia kala. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh petani Desa Mirit Petikusan bernama Suratno
berikut:
“Reklamasi sudah dijanjikan dalam arti tanah akan dikembalikan
seperti semula. Tetapi tekstur bisa berubah ketika ada pengambilan
pasir sedalam 6-8 m. Yang kita inginkan adalah pengembalian
pasir sesuai dengan tekstur yang sebelumnya. Karena yang kita
pikirkan adalah jika reklamasi dilakukan dengan pengembalian
tekstur tanah yang berbeda, rembesan air laut akan terjadi.
Keuntungan pasir besi untuk menyaring air laut.
Pernyataan senada juga dilontarkan oleh seorang petani
Mirit yang namanya tidak mau disebutkan. Ia kurang percaya
dengan janji reklamasi yang akan dilakukan perusahaan.
Meskipun tanah setelah ditambang akan direklamasi, tetapi
tekstur tanah akan tetap berbeda. Dampak penambangan akan
terjadi seperti di Pantai Ketawang.
Tidak hanya masyarakat, salah satu anggota dewan dari Fraksi
Partai Amanat Nasional, Woro Retnoningrum, menyayangkan adanya
kerusakan lingkungan akibat eksploitasi pasir besi sebab reklamasi
tak akan mampu mengembalikan kondisi semula. Namun di sisi lain,
Fraksi Partai Amanat Nasional sangat memahami bila potensi bahan
57 “Terkait Penambangan Pasir Besi di Grabag: Diteliti, Dampak Positif dan
Negatifnya
86 Konflik Agraria di Urutsewu: Pendekatan Ekologi Politik