Page 49 - Mozaik Rupa Agraria
P. 49
Selain Sendang Belik, di Sungai Lemusur terdapat satu
mata air yang tak kalah derasnya. Warga sekitar menyebutnya
Sendang Lemusur, karena lokasinya berada persis di atas Sungai
Lemusur yang mengelilingi seluruh kampung. Sumber mata air
itu kabarnya akan menjadi target untuk dijadikan perusahaan air
minum milik swasta. Tidak bisa dibayangkan jika perusahaan itu
masuk dan menyedot sebanyak-banyaknya sumber mata air yang
selama ini telah menghidupi warga sekitar. Orang-orang Girisuko
akan mengalami mimpi buruk yang tak berkesudahan. Mereka
akan kehilangan sumber mata air sebagai sumber penghidupan
dan akan menyisakan air mata.
Hari sudah semakin siang, terik matahari berada persis di
atas kepala Parmin yang baru saja selesai dari ladang. Sebelum
pulang ke rumah, Parmin seperti biasanya membersihkan seluruh
tubuhnya di sungai Lemusur. Setiap akan pulang Parmin juga
selalu membawa rumput untuk pakan ternak sapinya di rumah.
Sembari membersihkan diri, Parmin kerap bercakap-cakap dahulu
dengan petani lain yang sama-sama akan pulang. Setelah pulang
dan beristirahat dengan cukup, mereka kembali ke ladang hingga
hari menjelang sore. Rutinitas tersebut sudah menjadi laku harian
para petani di Girisuko, dengan melintasi sungai, batuan tajam
dan bukit-bukit terjal.
Sungai Lemusur tak pernah sepi dari orang-orang yang
melintas ke ladang. Saat siang dan sore hari, para petani sudah
terbiasa membersihkan diri di sungai. Begitupun dengan warga
sekitar yang terbiasa mandi dan nyuci. Selain airnya yang jernih
dan tak pernah kering, sungai itu masih banyak terdapat ikan yang
menjadi bururan para warga. Setiap harinya selalu ada saja orang-
orang yang menacari ikan entah itu memancing, memasang
bubuh, bahkan ada yang menggunakan jaring. Para muda-mudi
pun setiap sore tak pernah absen hanya untuk sekedar nongkrong
36 Mozaik Rupa Agraria: Dari Ekologi Politik hingga Politik Ruang