Page 157 - Land Reform dari Masa ke Masa
P. 157
138 Land Reform Dari Masa Ke Masa
Kesemua itu, seperti yang terjadi pada masa kolonial
dahulu berujung pada proses paksa menciptakan orang-
orang yang tidak lagi bekerja terikat pada tanah dan
alam. Orang-orang ini pada gilirannya hidup hanya
dengan mengandalkan tenaga yang melekat pada
dirinya saja, lalu menjadi para pekerja bebas. Sebagian
mereka pergi dari tanah mereka di desa-desa ke kota-
kota untuk mendapatkan pekerjaan. Namun hanya
sebagian kecil saja yang bias terserap dalam dunia
pekerjaan industrial. Selebihnya hidup dalam ekonomi
informal, setengah penganggur, dan penganggur dalam
kantung-kantung kemiskinan di kota-kota (Davis 2006).
Rakyat, tanah, kekayaan alam dan wilayah
pedesaan saat ini akan terus dibentuk menjadi produsen
bahan mentah bagi industri, dan bahan makan bagi
kebanyakan orang-orang lainnya, termasuk mereka
yang hidup di kota, dan reservoir tenaga kerja murah
bagi proyek-proyek pembangunan di perkotaan.
Perubahan agraria dan lingkungan yang drastis dan
dramatis demikian inilah sesungguhnya yang ditantang
secara sungguh-sungguh oleh banyak gerakan-gerakan
rakyat pedesaan di seantero wilayah Nusantara,
sebagaimana yang juga terjadi di berbagai negara
paskakolonial lainnya (lihat Fauzi 2005a, 2005b).
Lalu bagaimana?
Penulis merindukan upaya-upaya untuk
menghadirkan Pancasila, konstitusi dan paham
konstusionalisme yang sanggup memberi arah dan
komodifikasi tanah dan sumber daya alam lain, finansialisasi
yang dilakukan berbagai macam badan keuangan internasional
dan nasional, pengelolaan dan proses manipulasi atas (?) krisis-
krisis finansial, ekonomi, politik, sosial, bahkan bencana alam,
dan redistribusi asset milik negara (Harvey 2005: 157-158).