Page 86 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 86

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                            sudkan dalam pasal 506, 507 dan 508 Kitab Undang-undang
                            Perdata tersebut. Dari pasal-pasal yang dimaksud kenyataan,
                            bahwa ada barang-barang yang hubungannya dengan tanah
                            tidak begitu rapat, sedangkan undang-undang yang sekarang
                            hendak mengawasi semua tanah dan semua barang yang begitu
                            rapat hubungan dengan tanah, sehingga kepentingannya sama
                            besarnya dengan kepentingan  tanah,  sehingga  maksudnya
                            hendak mengawasi semua perpindahan atau pemakaian barang-
                            barang tetap yang penting-penting di dalam mata Pemerintah.
                            Di mana batasnya kepentingan itu diserahkan kepada pertim-
                            bangan Menteri Kehakiman. Yang dimaksudkan dengan pemin-
                            dahan hak tanah dan lain-lain barang tetap, ialah sebagai yang
                            dimaksud dalam pasal 584 Kitab Undang-undang Perdata dengan
                            istilahnya:  “Overdracht of  levering ten  gevolge  van  enen
                            rechtstitel van eigendomsovergang afkomstig van degene, die
                            gerechtigd was om over de eigendom te beschikken”. Yang dimak-
                            sud dengan istilah serah-pakai, ialah selain dari sewa-menyewa
                            tiap-tiap perbuatan si pemilik yang ditujukan kepada berdirinya
                            hak-hak yang dimaksud dalam pasal 508 Kitab Undang-undang
                            Perdata Nr 1 sampai dengan Nr 6" (Penjelasan UU No. 24/1954,
                            kutipan sesuai aslinya).

                            Dalam  UU No.  24/1954 dinyatakan,  Kementerian
                        Kehakiman lebih banyak mengurusi hak-hak peninggalan
                        asing yang tunduk dengan aturan hukum Eropa, karena
                        Indonesia belum memiliki aturan hukum agraria sendiri,
                        sehingga dengan demikian pula Kementerian Kehakiman
                        mengatur peredaran dan perpindahan barang khususnya
                        kepada pihak asing sesuai UU Darurat No. 7 Tahun 1950.
                        Lebih  kurang empat  tahun  Kementerian  Kehakiman
                        mengelola urusan pendaftaran tanah dan  pemindahan
                        hak, kemudian  pada tahun  1957 dikembalikan kepada
                        Kementerian Agraria lewat Keputusan Presiden No. 190


                         50
   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91