Page 129 - Nanos Gigantum Humeris Insidentes: Sebelum Meneliti Susunlah Bibliografi Beranotasi dan Kajian Pustaka
P. 129
diperbandingkan dengan Petani Rasional maka akan
tampak tesis masing-masing mengenai perlawanan petani
memang sangat berbeda.
Bagi Scott (1976) masyarakat tradisional mempunyai suatu
tertib moral yang tak dapat dipisahkan dari masalah subsistensi.
Tatanan sosial dari kehidupan petani telah menghasilkan sistem
jaminan keamanan hidup internal yang secara normatif dapat
ditegakkan untuk memenuhi semua orang desa; Kolonialisme
telah mengukir eksploitasi tanpa batas yang dikenakan pada
para petani sedemikian rupa sehingga terbentuklah diferensiasi
sosial yang baru, dislokasi agraria, kemerosotan dari moral
mengutamakan kebersamaan, dan kapitalisme agraria yang rakus
– kesemua ini sungguh mengancam keberlangsungan hidup
petani. Scott (1976) mengutamakan moralitas dan kemarahan
petani sebagai respon yang niscaya begitu adanya menghadapi
hilangnya jaminan keamanan subsistensi minimum. Walhasil,
pemberontakan petani pada dasarnya bersifat ingin konservatif
dan restoratif (mempertahankan dan/atau mengembalikan
tatanan yang terdahulu).
Sementara itu, Popkin (1979) meyakini masyarakat
tradisional tidak kurang eksploitatifnya ketimbang kolonialisme
dan solidaritas sosial dari pedesaan tradisional yang hampir tidak
pernah ada. Ia hanyalah ilusi para pelancong dan sarjana romatik.
Kolonialisme memang menyediakan berbagai kesempatan
yang berbeda (tentunya juga untuk para penguasa tradisional).
Menghadapi hal itu, para petani menanggapinya berbeda-
beda tergantung rasionalitasnya. Dalam suatu kalimat, Popkin
menyebutnya, “para individu mengevaluasi apa yang mungkin
diperoleh akibat dari pilihan yang akan diambilnya berdasarkan
94