Page 80 - Empat Langkah Pengampunan
P. 80
Grup Guru Dahsyat Nusantara
Terkadang kita masih bingung antara ketiganya karena hampir sama yaitu sama-
sama mengisahkan perjalanan hidup seseorang. Bentuk ketiga teks tersebut juga sama
yaitu berupa teks narasi nonfiksi.
Mari kita amati perbedaan ketiganya.
1) Biografi merupakan kisah perjalanan hidup seseorang yang diceritakan oleh
orang lain. Kisahnya dimulai dari kecil hingga masa dituliskannya biografi
tersebut.
2) Autobiografi merupakan kisah perjalanan hidup seseorang yang ditulis sendiri.
Kisahnya dimulai dari kecil hingga masa dituliskannya autobiografi tersebut.
3) Memoar merupakan sepenggal kisah menarik dari seseorang yang pantas
untuk diceritakan dan biasanya bisa menginspirasi orang lain. Kisah yang
diceritakan dalam memoar bisa hanya dalam tahun tertentu atau masa waktu
tertentu.
Berdasarkan perbedaan tersebut mudah-mudahan lebih memudahkan kita
menulis memoar. Banyak penggalan-penggalan perjalanan hidup kita yang berserak
dan pantas diceritakan. Kisah bisa sama namun gaya bercerita berbeda. Gaya bercerita
yang berbeda maksudnya adalah menuliskan memoar dengan sudut pandang yang
berbeda, lain dari yang lain, atau menonjolkan nilai-nilai kemanusiaan. Isi memoar
haruslah inspiratif sehingga ada hikmah yang bisa diambil dan bisa dijadikan inspirasi
bagi pembaca. Isinya bisa menceritakan kisah sendiri atau orang lain. Kisah kita sehari-
hari yang bisa menjadi cerminan pembaca atau bisa menginspirasi itu sudah bisa ditulis
menjadi memoar, tidak selalu hal-hal yang berhubungan dengan pencapaian-
pencapaian yang besar. Isinya inspiratif dan kisah nyata.
Rahasia di Balik Sedekah
Dalam sebuah hadist dari Al Hasan bin Ali ra, Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Obati orang sakit di antara kalian dengan sedekah.” Hadist tersebut yang
mengingatkan saya ketika anak saya sakit. Hari ini saya ingin menceritakan bagaimana
sedekah memang bisa menjadi obat untuk sakit anak saya, Faisal. Kejadiannya sekitar
bulan Maret 2015. Faisal mengalami demam tinggi terus menerus selama 5 hari.
Waktu itu
Identifikasinya terkena Tipus. Ditawari makan tidak mau, ditawari minum juga
hanya geleng-geleng kepala saja. Suhu badannya turun di hari kelima. Tapi melihat
kondisinya saya khawatir karena lemas dan muntah-muntah jika minum atau makan
sedikit. Saya dan suami memutuskan untuk membawanya berobat kembali. Setelah cek
darah ternyata Tipusnya sudah negative, trombosit turun, dan dia kolap kekurangan
cairan. Kami diberi rujukan ke rumah sakit umum.
Sambil menggendong Burhan, saya mengusap-usap tangan dan kaki Faisal yang
menggigil kedinginan sembari menunggu pertolongan pertama di UGD. Perawat
menyuntik untuk mengambil tempat untuk infus. Saya berusaha tidak mempedulikan
jeritan Faisal yang kesakitan karena suntikan itu meskipun sebenarnya dalam hati saya
ingin menangis. “Saya harus kuat, saya ingin Faisal sembuh ya Allah,” batin saya.
Akhirnya saya sedikit lega setelah infusan bisa masuk melalui kaki kirinya setelah tiga
80 | P a g e