Page 177 - Modul Smart ASN
P. 177
Smart ASN
tahun 2016-2017 saat pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Jakarta
(Rahayu, Utari, & Wijaya, 2019; Supriatma, 2017; Utami, 2018). Pada
masa Pilkada tersebut, hoaks banyak beredar untuk menjatuhkan dan
memenangkan masing-masing calon pemimpin kepala daerah.
Pergerakan hoaks dipermudah oleh penggunaan media sosial yang
masif oleh masyarakat. Menurut Utami (2018), pergerakan hoaks
ditentukan oleh keberadaan media sosial. Sebelum ada media sosial,
kontrol informasi ada di media massa sehingga ada pihak resmi yang
menyaring isi informasi. Namun di era media sosial, kontrol informasi ini
sepenuhnya ada di tangan masyarakat. Sayangnya kebebasan akses ini
tidak diimbangi oleh kemampuan pengguna informasi. Supriatma (2017)
mengatakan bahwa hoaks memanfaatkan masyarakat yang tidak
memiliki pengetahuan atau awam dalam mengelola informasi. Maraknya
hoaks mendorong Masyarakat Telematika (Mastel) melakukan survei di
tahun 2017 yang mengungkapkan bahwa dari 1.146 responden, 44,3%
menerima hoaks setiap hari. Sedangkan 17,2% menerima lebih dari satu
kali dalam sehari.
Hoaks yang beredar di masyarakat juga datang dari media massa
yang semestinya bisa menjadi acuan untuk menangkal penyebaran hoaks.
Kini hoaks tersebar juga melalui situs web (34,90%), Whatsapp, Line,
Telegram (62,80%), Facebook, Twitter, Instagram, dan Path (92,40%).
Soal awam dalam mengenali hoaks nampaknya tercermin dalam sikap
tidak kritis atas informasi yang diterima. Latar belakang pengirim
membuat hoaks dianggap sumber yang kredibel. Berikut ini merupakan
tips untuk melindungi diri dari berita hoaks menurut LibGuides at
University of West Florida ( 2021):
a. Evaluasi, Evaluasi, Evaluasi
168
BJS Creation