Page 67 - Pendidikan-Agama-Katolik -Kelas 8-
P. 67

Tahun ini anak ibu belum dapat naik kelas. Mudah-mudahan ini dapat menjadi
                     pelajaran bagi anak ibu untuk tahun yang akan datang supaya lebih rajin belajar.”
                        Ibuku  untuk  beberapa  saat  terdiam.  Kulihat  di  sudut  matanya  ada  butiran
                     air bening yang siap untuk jatuh. Aku tahu ibuku berusaha sekuat tenaga untuk
                     menahannya. Sambil menghela napas dalam-dalam ibuku berkata; “ Terima kasih
                     Pak…seharusnya anak ini yang minta maaf. Bukan Bapak. Saya sendiri sebagai
                     orang tuanya sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa pada anak ini.” Mendengar
                     kata-kata wali kelasku dan kata-kata ibuku, seakan dunia mau runtuh menimpaku.
                     Ada  sesal  yang  mulai  mengalir  dalam  diriku  dan  itu  sangat  menyakitkan.
                     Penyesalan selalu datang di akhir babak. Sampai di rumah aku segera minta maaf
                     pada ibuku. Dan jawaban ibuku semakin membuatku sedih. “Ibumu sudah tua,
                     mungkin juga segera akan mati. Lakukan sesukamu apa yang menurutmu baik
                     bagi hidupmu”. Sejak itu ibuku tak lagi banyak bicara. Hanya bicara seperlunya
                     saja  padaku.  Ketika  hari  menjelang  malam,  aku  sedang  nonton  acara  telivisi,
                     kakakku  yang  belum  lama  datang  dari  kuliah  duduk  di  sampingku.  Mungkin
                     sudah diberitahu ibuku tentang nilai raporku. “Aku kasihan pada ibu. Sendirian
                     dia  bekerja  keras  membesarkan  kita.  Dan,  kamu,  sama  sekali  tak  menghargai
                     jerih payahnya.” Kata kakakku sambil matanya melihat acara telivisi, tanpa sedikit
                     pun menoleh ke arahku. Aku semakin terpuruk dalam lembah penyesalan yang
                     teramat dalam.

                                                      **********

                        Peristiwa dua tahun yang lalu menjadi titik balik bagi hidupku. Setiap hari aku
                     selalu bekerja keras, agar aku dapat menunjukkan pada ibuku, kakakku, teman-
                     temanku dan diriku sendiri bahwa aku dapat menjadi pribadi yang diandalkan
                     dan dibanggakan. Aku harus mampu bangkit dari kemalasan. Aku harus mampu
                     bangkit dari keterpurukan. Dan aku bukan pecundang yang selalu kalah dalam
                     pertempuran. Kerja kerasku, menghasilkan buah yang manis. Setiap kali terima
                     rapor, aku selalu masuk lima besar anak yang berprestasi. Meski belum menjadi
                     yang  terbaik,  ibuku  cukup  bahagia.  Kakakku  juga  semakin  menunjukkan
                     perhatiannya padaku. Aku bangga dapat berbagi  kebahagiaan pada orang-orang
                     yang selama ini menyayangiku. Dan, bagiku yang terpenting adalah aku semakin
                     dapat menghargai orang lain dan menghargai hidupku. Memang akan lebih indah
                     berbagi kebahagiaan pada orang lain, tanpa menyakitinya lebih dahulu. Tidak ada
                     kata terlambat.

                                                                                  (Oleh: Sulis)



                    2.  Berdasarkan pengamatan dan perasaan kalian setelah membaca cerita tersebut,
                       buatlah daf ar pertanyaan untuk lebih memahami makna kebangkitan!



                                                             Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti  61
   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72