Page 24 - Modul Pembelajaran Sejarah
P. 24
Namun berita tentang Raja Abu Mufakir tidak banyak diketahui, kecuali berita
tentang kedatangan orang Belanda untuk pertama kalinya di Indonesia di bawah
pimpinan Cornelis de Houtman. Banten mengalami masa kejayaan pada pemerintahan
Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam upaya mempertahankan Banten sebagai salah satu
pusat perdagangan di Indonesia, Sultan Ageng Tirtayasa berani bersikap tegas
terhadap persekutuan dagang Belanda (VOC) yang berkedudukan di Batavia. Jarak
antara Banten dan Batavia yang dekat membuka peluang meletusnya konflik antara
Banten dan Batavia. Namun sikap tegas Sultan Ageng tirtayasa tersebut tidak
diteruskan oleh putranya, Sultan Haji. Ia cenderung berkompromi dengan VOC.
Perbedaan sikap tersebut memuncak menjadi perang saudara antara Sultan Ageng
Tirtayasa dengan Sultan Haji. Dalam perang tersebut, Sultan Haji dibantu oleh VOC,
akibatnya Sultan Ageng Tirtayasa terdesak dan kemudian tertangkap. Peristiwa
kemenangan Sultan haji menandai berakhirnya kejayaan Kerajaan Banten, karena
setelah itu Banten berada di bawah pengaruh VOC.
2. Kehidupan Ekonomi Sosial dan Budaya
Pada tahun 1596 orang-orang Belanda datang di pelabuhan Banten untuk yang
pertama kali. Terjadilah perkenalan dan pembicaraan dagang yang pertama antara
orang-orang Belanda dengan para pedagang Banten. Tetapi dalam perkembangannya,
orang-orang Belanda bersikap angkuh dan sombong, bahkan mulai menimbulkan
kekacauan di Banten. Oleh karena itu, orang-orang Banten menolak dan mengusir
orang-orang Belanda. Akhirnya, orang-orang Belanda kembali ke negerinya. Dua tahun
kemudian, orang-orang Belanda datang lagi. Mereka menunjukkan sikap yang baik,
sehingga dapat berdagang di Banten dan di Jayakarta.
Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten terus mengalami
kemajuan. Letak Banten yang strategis mempercepat perkembangan dan kemajuan
ekonomi Banten. Kehidupan sosial budaya juga mengalami kemajuan. Masyarakat umum
hidup dengan rambu-rambu budaya Islam. Dalam bidang kebudayaan, seni bangunan
mengalami perkembangan. Beberapa jenis bangunan yang masih tersisa, antara lain,
Masjid Agung Banten, bangunan keraton dan gapura-gapura.
7. Kerajaan Makassar
A. Letak geografis
Kerajaan makassar merupakan gabungan kerajaan Gowa dan kerajaan Tallo. Kedua
kerajaan disatukan oleh Daeng manrabia (raja gowa) dan karaeng matoaya (raja tallo).
Setelah bergabung, Daeng manrabia diangkat menjadi raja makassar dengan gelar
sultan alauddin (1591-1639), karaeng matoaya diangkat menjadi patih dengan sultan
Abdullah. Pusat pemerintahan kerajaan makassar berada di sombaopu.
B. Kehidupan Masyarakat
1. Kehidupan Politik
Perkembangan pesat kerajaan Makasar tidak terlepas dari raja-raja yang pernah
memerintah
14