Page 3 - P17111194095_Nabilah Agustina Yuniarti
P. 3

Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 4, Desember  2017: 233 - 240



            PENDAHULUAN                                        pendamping ASI yang tidak optimal. 8,9
                                                                      Pertumbuhan Stunting  yang  terjadi  pada
                   Stunting  merupakan  masalah  gizi  kronis   usia dini dapat berlanjut dan berisiko untuk tumbuh
            yang disebabkan oleh multi-faktorial dan bersifat   pendek pada usia remaja.  Anak yang tumbuh
            antar generasi. Di Indonesia masyarakat sering     pendek pada usia dini (0-2 tahun) dan tetap pendek
            menganggap tumbuh pendek sebagai faktor            pada usia 4-6 tahun memiliki risiko 27 kali untuk
            keturunan.  Persepsi  yang  salah  di  masyarakat   tetap pendek sebelum memasuki usia pubertas;
            membuat masalah ini tidak mudah diturunkan         sebaliknya anak yang tumbuh normal pada usia
            dan membutuhkan upaya besar dari pemerintah        dini dapat mengalami growth faltering pada usia
            dan berbagai sektor terkait. Hasil studi           4-6 tahun memiliki risiko 14 kali tumbuh pendek
            membuktikan bahwa pengaruh faktor keturunan        pada usia pra-pubertas.  Oleh karena itu, intervensi
                                                                                    10
            hanya berkontribusi sebesar 15%, sementara         untuk mencegah pertumbuhan Stunting masih tetap
            unsur terbesar adalah terkait masalah asupan       dibutuhkan bahkan setelah melampaui 1000 HPK.
            zat gizi, hormon pertumbuhan dan terjadinya               Fenomena tersebut diatas menarik untuk
            penyakit  infeksi  berulang.   Variabel  lain  dalam   dikaji mengingat masalah  Stunting memiliki
                                     1,2
            pertumbuhan stunting yang belum banyak disebut     dampak  yang  cukup serius;  antara  lain,  jangka
            adalah pengaruh paparan asap rokok maupun polusi   pendek terkait dengan morbiditas dan mortalitas
            asap juga berpengaruh terhadap pertumbuhan         pada bayi/Balita, jangka menengah terkait dengan
            stunting. 3                                        intelektualitas dan kemampuan kognitif yang
                   Periode 1000 hari pertama kehidupan         rendah, dan jangka panjang terkait dengan kualitas
            (1000 HPK) merupakan simpul kritis sebagai awal    sumberdaya manusia dan masalah penyakit
            terjadinya pertumbuhan Stunting, yang sebaliknya   degeneratif di usia dewasa.
            berdampak jangka panjang hingga berulang dalam
            siklus kehidupan. Kurang gizi sebagai penyebab     BAHAN DAN METODE
            langsung, khususnya pada balita berdampak jangka
            pendek meningkatnya morbiditas. Bila masalah ini          Analisis kajian dilakukan melalui  review
            bersifat kronis, maka akan mempengaruhi fungsi     literatur terkait masalah gizi, pertumbuhan dan
            kognitif yakni tingkat kecerdasan yang rendah dan   outcomenya yakni tumbuh dibawah kurva standar
            berdampak pada kualitas sumberdaya manusia.        anthropometri  WHO (<-2 standar deviasi).
            Pada  kondisi  berulang  (dalam  siklus  kehidupan)   Kecenderungan pertumbuhan stunting (pendek)
            maka anak yang mengalami kurang gizi diawal        dipelajari dari berbagai literatur dan hasil-hasil
            kehidupan (periode 1000 HPK) memiliki risiko       studi sebelumnya yang terkompilasi dari berbagai
            penyakit tidak menular pada usia dewasa. 4,5       survey sejak tahun 1992 (Survey Vitamin A) hingga
                   Stunting merupakan masalah kesehatan        Riskesdas 2013.
            masyarakat yang harus ditangani secara serius.            Literatur review dilakukan dari berbagai
            Hasil-hasil Riskesdas menunjukkan, besaran         sudut pandang; teori dan jurnal untuk mempelajari
            masalah Stunting yang relatif stagnant sekitar 37%   determinan dan faktor risiko terkait variabel
            sejak tahun 2007 hingga 2013  Dari 33 provinsi     outcome (stunting). Kajian hasil analisis data
            yang ada di Indonesia, lebih dari separuhnya       Riskesdas 2013 merupakan  salah satu informasi
            memiliki angka prevalensi diatas rata-rata nasional.   berbasis masyarakat yang digunakan dalam
            Kesenjangan prevalens  Stunting antar provinsi     menganalisis determinan terkait kejadian  .
            yang masih lebar antara DIY (22,5%) dan NTT        Informasi terkait kebijakan dan program diperoleh
            (58,4%) menunjukkan adanya ketimpangan dan         dari sektor-sektor terkait antara lain Bappenas dan
            pembangunan yang tidak merata. 6                   Kementerian Kesehatan. Kebijakan global terkait
                   Prevalensi BBLR  menurut Riskesdas          gizi diperoleh dengan cara mengunduh dari situs-
            11,1% (2010) dan 10,2% (2013); Proporsi lahir      situs dunia (WHO, Unicef, dll) melalui teknologi
            pendek (<48 cm) sebesar 20,2% (2013). Proporsi     internet.
            pemberian ASI secara ekslusif selama enam bulan           Penyusunan draft kajian dilakukan bersama
            masih rendah (15,3%). Dari penelitian terdahulu    team peneliti melalui berbagai diskusi, presentasi,
            dinyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan      konsultasi dengan pakar. Hasil kajian selanjutnya
            kejadian stunting dengan berat badan lahir7        dipresentasikan dan didiskusikan melalui seminar
            dan pemberian  ASI serta pemberian makanan         terbuka di Badan Litbangkes dengan melibatkan


            234
   1   2   3   4   5   6   7   8