Page 31 - Modul Sejarah Lokal Tokoh Perjuangan Lampung
P. 31
20
tiyuh (kampung), tangkai atau suku, hingga keluarga inti (nuwou) (Wijayati, 2011).
Keratuan inilah yang menjadi pusat pemerintahan lokal di Lampung sebelum
kolonialisme Belanda menghapusnya. Namun, ketika Belanda memperkenalkan
birokrasi kolonial, termasuk pajak, kerja paksa, dan monopoli perdagangan, sistem
keratuan mengalami pelemahan. Bahkan pembatasan dakwah dan pengawasan
terhadap pesantren memicu lahirnya perlawanan, seperti di Keratuan Islam Darah Putih
(Arfi, 2016). Meski begitu, untuk menjaga keteraturan tanah ulayat, para pemimpin
adat akhirnya menyepakati hanya ada lima keratuan besar di Lampung yang berhak
memimpin masyarakat (Sartono, Martodirejo, 1997).
Gambar 1. Pembagian wilayah keratuan di Lampung
Sumber gambar: http://arkeologilampung.blogspot.com/2008/04/jenjang-
permukiman-dan perkembangan.htm
1. Keratuan di Puncak
Keratuan ini berpusat di Abung dan Tulang Bawang. Lokasi pentingnya adalah Canguk
dan Gaccak. Kisah rakyat menyebut tokoh terkenal seperti Minak Raja Di Lawuk dan
Betan Subing yang menjadi simbol perjuangan dan kehormatan masyarakat Lampung
(Imron & Iskandarsyah, 2002).

