Page 30 - Al-Qur'an Hadis MTs Kelas VIII
P. 30
Khabbab juga pernah mengajarkan Fatimah bin Khattab (adik Umar bin Khattab) dan
suaminya. Khabbab juga dijadikan tempat untuk bertanya mengenai persoalan yang berkaitan
dengan Al-Qur’an, baik hapalan dan pelajarannya.
Khabbab orang yang berani dan teguh pendirian dalam hal keyakinannya terhadap
agama Islam. Khabbab sering disiksa oleh kaum Quraisy, tetapi tidak pernah terlintas dalam
pikirannya untuk keluar dari agama Islam.
Khabbab begitu tabah dan tidak mudah dipengaruhi oleh orang-orang kafir untuk menjadi
murtad (orang yang keluar dari agama Islam). Walaupun orang-orang kafir itu menindih
Khabbab dengan batu yang membara ke atas punggung Khabbab hingga dagingnya terbakar.
Pada suatu hari, orang-orang Quraisy meminta bantuan kepada Ummi Anmar untuk
menyiksa Khabbab. Wanita itu pun mengambil besi panas yang membara dan meletakkan di
atas kepala Khabbab. Khabbab menahan rasa sakitnya agar tidak mengeluarkan keluhan dari
mulutnya. Rasulullah saw. melewati Khabbab yang sedang disiksa segera berdoa kepada Allah
Swt., “Ya Allah, limpahkanlah pertolongan-Mu kepada Khabbab.”
Beberapa hari berlalu, Ummi Anmar pun menerima hukuman dari Allah Swt. Wanita itu
menderita penyakit panas yang aneh dan begitu mengerikan dan batuknya bersuara anjing.
Kemudian, orang-orang memberikan nasihat bahwa obat untuk kesembuhannya adalah
dengan menyetrika kepalanya dengan besi berapi. Hal itulah yang membuat Ummi Anmar
merasakan panas di kepalanya dari pagi hingga petang.
Sumber: https://bit.ly/48acqvl, dengan pengubahan
Tokoh
Khabbab bin Arat
Khabbab bernama lengkap Khabbab bin Arat. Beliau adalah salah satu sahabat Rasulullah
saw. yang lahir pada tahun 585 M di Mekah. Khabbab termasuk sahabat yang pertama-tama
memeluk agama Islam (asabikunalawalun). Khabbab adalah seorang tukang besi yang ahli
dalam membuat senjata. Sejak memeluk agama Islam, Khabbab mendapatkan berbagai
siksaan dari kaum kafir Quraisy. Namun, Khabbab tetap pada keimanannya dan senantiasa
mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. Khabbab mengikuti berbagai pertempuran
(jihad) di jalan Allah Swt. Khabbab wafat pada tahun 658 M di Kufah, Irak.
Setelah wafatnya, Ali bin Abi Talib pernah melewati kuburnya dan berkata, “Ya Allah,
rahmatilah Khabbab. Dengan semangatnya, ia telah memeluk Islam dan ia rela menghabiskan
waktunya untuk berhijrah, berjihad, dan menerima segala penderitaan serta musibah. Penuh
berkahlah orang yang selalu mengingat hari kiamat, dan selalu bersiap-siap menerima kitab
amalnya pada hari hisab, dan ia jalani kehidupan ini dengan menerima apa adanya, dan ia
sangat rida kepada Tuhannya.”
10 Al-Qur'an Hadis MTs Kelas VIII
10