Page 80 - E-Modul Hidrokarbon & Minyak Bumi
P. 80

Pematangan buah secara buatan





             Selain dampak fisik pada buah-buahan, akumulasi zat kimia dalam karbit yaitu

        gas  asetilena  dapat  berdampak  negatif  pada  kesehatan.  Gas  asetilena  yang
        terakumulasi dalam buah-buahan dapat mempengaruhi sistem saraf dan pasokan

        oksigen  ke  otak  sehingga  menyebabkan  hipoksia  berkepenjangan  (Broto  et  al.,

        2020).  Selain  itu,  zat  lain  seperti  arsenik  dan  fosfor  juga  ditemukan  dalam  buah
        karbit  teritama  pada  kulit  dan  daging  buah  (Puspitaningrum  &  Supatman,  2018).

        Hal ini dapat menyebabkan iritasi mulut dan hidung akut, kesulitan menelan, rasa
        haus terus-menerus, muntah, pusing dan kelelahan hingga kerusakan kulit kronis,

        ulkus kulit, dan gagal ginjal (Islam et al., 2016).
            Di masyarakat, isu ini memunculkan perdebatan sengit. Di satu sisi, petani dan

        pedagang  menganggap  karbit  sebagai  solusi  praktis  dan  murah  untuk
        mempercepat pematangan buah, sehingga meningkatkan keuntungan ekonomi. Di

        sisi lain, konsumen dihadapkan dengan dampak kesehatan jangka panjang jika hal
        ini  terjadi  secara  terus-menerus.  Perdebatan  ini  mencerminkan  konflik  antara

        kepentingan ekonomi dan keamanan konsumen.























              Sumber :          Lihat disini                               Sumber :          Lihat disini



       Meskipun isu ini banyak dibahas, bahkan oleh Kementerian Pertanian seperti artikel

       di  atas,  di  Indonesia  sendiri  belum  ada  peraturan  khusus  mengenai  penggunaan
       karbit untuk pematangan buah. Sementara itu, di Eropa dan beberapa negara Asia

       seperti India, Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka, dan Nepal, penggunaan karbit telah

       dilarang  dan  dikenai  sanksi.  Namun,  karena  murah  dan  mudah  diperoleh,  karbit
       masih digunakan di beberapa negara Asia, termasuk Malaysia, Thailand, Filipina, dan

       Indonesia (Wahyudi & Harsono, 2023).



                                                                                                         63
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85