Page 10 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 10

itu tetapi perang dan penguasaan serta dominasi satu
           kelompok masyarakat terhadap kelompok yang lain secara
           alegoris diceritakan sama berbahayanya dengan wabah
           sampar itu sendiri.
               Karya sastra seringkali hanya dianggap sebagai sebuah
           imajinasi fiktif yang “dibuat-buat” relevansinya dengan
           situasi kemasyarakatan. Banyak pula yang berpendapat me-
           mang sastra tidak perlu direlevansikan dengan kehidupan
           sosial. Namun, sepanjang masa karya-karya sastra ditulis
           atau diceritakan selalu terkait dengan refleksi-refleksi ter-
           hadap kehidupan. Refleksi tersebut tidak selalu bersifat
           kritis tetapi dapat pula bersifat dialektis. Pengarang di satu
           sisi menuliskan karyanya untuk mencipatakan kenyata-
           an-kenyataan, tetapi di sisi lain, pengarang dapat pula men-
           ciptakan refleksi imajinatif berdasarkan pengalaman yang
           dia lihat dan alami dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
           demikian, karya sastra sebetulnya berada di sebuah ambang
           dialektika pengarang, yakni antara pemikiran experiensial
           dan pemikiran reflektif.
               Kumpulan cerpen ini ditulis dengan sebuah kesadaran
           bahwa wabah yang menghantui kehidupan manusia abad
           ke-21 siang dan malam dalam waktu berbulan-bulan dan
           bahkan mungkin akan bertahan bertahun-tahun ini telah
           menjungkirbalikkan sisi-sisi kehidupan manusia dan nilai-
           nilai kemanusiaannya. Mereka yang memiliki rutinitas
           menjadi tersingkir dari rutinitasnya. Mereka yang memili-
           ki kestabilan-kestabilan terdestabilisasi dari kedudukannya
           pada masa wabah. Mereka yang memiliki kemapanan harus


                                  viii
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15