Page 56 - Mahmud dan Sawah Ajaib
P. 56
Begitu Lem Mahmud berkata demikian, dengan izin
Tuhan, padi yang sudah siap dipanen tersebut terbang
laksana kawanan lebah dan menghilang dari pandangan
mata Lem Mahmud. Lem Mahmud terperanjat, heran,
sedih bercampur penyesalan. Dengan tergesa-gesa ia
pulang ke rumahnya menemui istrinya, Da Limah. Begitu
sesampainya di rumah, ia semakin terperanjat tatkala
melihat tumpukan padi di lumbung padi mereka telah
berubah menjadi bebatuan hitam pekat.
“Ma, Ma, coba lihat padi kita! Semua telah berubah
menjadi batu,” jerit Lem Mahmud dengan suara parau. Da
Limah, istrinya terpaku melihat apa yang terjadi. Sejenak
kemudian, mereka bersama-sama bergegas melihat kedai
kain mereka di pasar. Dari kejauhan tampak orang-orang
berkerumun sedang mengamati kedai kain Lem Mahmud
yang juga telah berubah bentuk menjadi bebatuan besar.
Tumpukan belasan meter bal kain di kedainya telah
berubah menjadi tumpukan bebatuan yang tersusun rapi.
Lem Mahmud tampak murung dan sedih dengan nasib
yang menimpanya. Ia merasa sangat menyesal dengan
perilakunya yang tidak mampu bersyukur atas pemberian
Tuhan selama ini. Ia merasa takabur dan tinggi hati. Dia
berandai-andai, jika saja tidak berperilaku demikian,
tentu hartanya akan bertambah banyak dan bermanfaat
44