Page 52 - Mahmud dan Sawah Ajaib
P. 52
Memanen Padi Ajaib
Setiap pagi hingga menjelang matahari terbenam,
Lem Mahmud dan Da Limah bekerja menggarap sawah
mereka dengan baik. Setiap setengah hari ia membajak
sawah dengan bantuan sapi putihnya. Sesekali tegukan
lelaki separuh baya itu terdengar memecah keheningan.
Beberapa tetes air minumnya tumpah membasahi baju
tipis yang robek di ketiaknya.
Semenjak hasil panen padi mereka berlimpah tahun
lalu, ia semakin bersemangat membajak sawahnya dengan
langai, lalu untuk membalikkan tanah ia menggunakan
creu. Kedua alat ini ditarik oleh sapinya yang putih itu.
Ketika merasa lelah, ia beristirahat sejenak. Sapi yang
dipakai membajak, berdiri di tengah sawah, masih dengan
perlengkapan bajak yang terpasang di pundaknya.
Da Limah membawa seember air yang ditimba dari air
sumur dekat rangkang, gubuk kecil di sawah mereka. Lalu
ia memberikannya kepada si putih yang tampak haus. Sapi
itu tampak menghempaskan ekornya ke kanan dan ke kiri
untuk mengusir lalat yang hinggap di tubuhnya.
“Ayo, puteh, kita kerja lagi!” kata Lem Mahmud
seakan mengajak sapinya itu untuk berbicara.
40