Page 49 - Mahmud dan Sawah Ajaib
P. 49
semua padi telah dipotong. Lalu, mereka beristirahat di
sebuah rangkang, gubuk di tengah sawah berukuran tiga
kali tiga meter. Atapnya pelepah daun kelapa yang dirajut
oleh Da Limah, demikian juga dindingnya.
Ini hasil panen pertama Lem Mahmud dengan hasil
yang lumayan jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Dengan hasil panen itu, Lem Mahmud
sanggup melunasi sisa utang yang dipinjam dari Toke
Ali. Akan tetapi, untuk melunasi utang-utang lain
yang dipinjam Da Limah ternyata hasil tersebut belum
mencukupi. Mereka berharap hasil panen padi tahun
berikutnya dapat melunasi semua sisa utang mereka.
Beberapa hari kemudian, selepas pulang dari rumah
Toke Ali untuk melunasi utangnya, Lem Mahmud berkata
kepada istrinya, ”Dek Nong--panggilan mesra Lem
Mahmud kepada istrinya--, Abang berharap kita dapat
mensyukuri semua pemberian Tuhan ini, bukan hanya
harta, melainkan juga kesehatan dan kebahagian kita.
Abang ingin kita tidak membiasakan diri untuk berutang
karena semua itu akan membebani hidup kita,” Lem
Mahmud memandang ke wajah Da Limah, ”atau jika
memang tidak ada jalan keluar lainnya, beri tahukanlah
Abang, barangkali kita dapat mencari jalan keluar
bersama.” Da Limah tidak menyahut sedikit pun, ia hanya
mengangguk sekali tanda setuju.
37