Page 28 - MALIN KUNDANG
P. 28

teringat akan janinya hatinyapun menjadi cemas dan sedih.

                                         Suatu malam Mbok Sirni bermimpi, agar anaknya
                                         selamat ia harus menemui petapa di Gunung Gundul.
                                         Paginya ia langsung pergi. Di Gunung Gundul ia bertemu
                                         seorang petapa yang memberinya 4 buah bungkusan
                                         kecil, yaitu biji mentimun, jarum, garam, dan terasi
                                         sebagai penangkal. Sesampainya di rumah diberikannya
                                         4 bungkusan tadi kepada Timun Emas, dan disuruhnya
                                         Timun Emas berdoa.
                   Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. Timun Emaspun disuruh keluar lewat
                   pintu belakang oleh Mbok Sirni. Raksasapun mengejarnya. Timun Emaspun teringat akan
                   bungkusannya, maka ditebarnya biji mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang
                   mentimun yang lebat buahnya. Raksasapun memakannya. Tapi buah timun itu malah
                   menambah tenaga raksasa. Lalu Timun Emas menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlah
                   pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah
                   raksasa terus mengejar. Timun Emaspun membuka bingkisan garam
                   dan ditaburkannya. Seketika hutanpun menjadi lautan luas.
                   Dengan kesakitan raksasa dapat melewatinya. Yang
                   terakhir Timun Emas akhirnya menaburkan terasi, seketika
                   terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, akhirnya
                   raksasapun mati. "Terimakasih Tuhan, Engkau telah
                   melindungi hambamu ini" Timun Emas mengucap syukur.
                   Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sirni hidup bahagia dan
                   damai.



                                                CINDELARAS



                   Raden Putra adalah raja Kerajaan Jenggala. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik
                   hati dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri
                   dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan suatu yang buruk kepada
                   permaisuri. "Seharusnya, akulah yang menjadi permaisuri. Aku harus mencari akal untuk
                   menyingkirkan permaisuri," pikirnya.


                   Selir baginda, berkomplot dengan seorang tabib istana. Ia berpura-pura sakit parah.
                   Tabib istana segera dipanggil. Sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yang telah
                   menaruh racun dalam minuman tuan putri. "Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda
                   sendiri," kata sang tabib. Baginda menjadi murka mendengar penjelasan tabib istana. Ia
                   segera memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan.

                   Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belantara.
                   Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Rupanya sang patih
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33