Page 12 - Buku Digital (HAKI)_Neat.
P. 12
Perjuangan Bung Tomo dalam Pertempuran Su rabaya
Cerita-cerita seperti itu didapatkan Bung Tomo saat berdiskusi dengan kakeknya.
Kakeknya juga sering bercerita bagaimana sengsaranya rakyat saat dijajah Belanda.
Rakyat yang hidup di tanahnya sendiri, namun tidak diberi hak sepenuhnya untuk
menikmati kekayaan alamnya sendiri.
Bung Tomo memiliki nenek yang berasal dari darah sunda dan kakeknya yang
memiliki darah Madura. Dari asal-usul keturunannya inilah yang kemudian mewarisi sikap
Bung Tomo yang berani, tegas, sabar, dan pandai berbicara. Kalau lagi tertawa, Bung
Tomo seperti orang Sunda, yang terlihat menggemaskan. Kemudian kalau lagi marah,
Bung Tomo seperti orang Madura, yang nampak emosi dan lirikan tajamnya. Sedangkan
untuk urusan lobi-melobi jelas terlihat dari darah Jawanya. Hal ini tampak dari bagaimana
bahasa dan tutur kata yang diucapkan beliau.
Kehidupan Bung Tomo di masa kecil penuh dengan berbagai cerita. Di pagi hari
biasanya Bung Tomo sarapan dengan singkong dan minum teh dengan gula, kemudian
dilanjutkan beliau pergi ke stasiun Pasar Turi untuk berjualan koran. Di siang harinya,
terkadang beliau menyempatkan untuk belajar sebentar dan dilanjutkan di malam hari. Di
sore harinya beliau membantu tukang penatu untuk mengantarkan pakaian kepada
pelanggannya. Disisi lain Bung Tomo juga pernah menjadi kacung di lapangan tenis dan
membantu temannya di sebuah percetakan. Di percetakan inilah, beliau mulai belajar
berbisnis, yang kemudian beliau sempat menerbitkan buku tentang riwayat Lord Baden
Powell dan menjualnya sendiri dari rumah ke rumah.
C. Masa Muda Bung Tomo
Menginjak usia 12 tahun, Bung Tomo tergabung dalam keanggotaan Kepanduan
Bangsa Indonesia (Pramuka). Beliau pernah menjadi kepala regu gajah pada usia 13 tahun.
Sewaktu memimpin regu gajah untuk berkeliling kota, ada kejadian kebakaran rumah
milik orang keturunan Tionghoa. Kemudian Bung Tomo beserta anggota regunya dengan
semangat dan kompak membantu untuk memadamkan kebakaran tersebut. Beliau ikut
bergotong royong membantu untuk membenahi rumah yang telah ludes dilalap api.
Gotong royong ini mereka lakukan dengan ikhlas hingga selesai. Disamping itu juga
mereka mengawal pembangunan rumah kembali dan mengadakan penggalangan dana
untuk membantu korban yang terkena musibah tersebut. Seorang pandu memang sudah
sepantasnya memiliki jiwa sosial yang tinggi untuk membantu masyarakat yang
membutuhkan, hal inilah yang sudah terbukti dilakukan oleh Bung Tomo bersama rekan-
rekannya yang lain saat berada dalam barisan pandu Indonesia.
4
Buku Sejarah Indonesia Kelas XI