Page 25 - wika kristina
P. 25

Masyarakat  praaksara  hidup  secara  berkelompok,  mereka  bergotong  royong  untuk
               kepentingan bersama, contohnya membangun rumah yang dilakukan secara bersama-sama.
               Budaya gotong royong juga dapat terlihat dari peninggalan mereka berupa bangunan-bangunan
               batu besar yang dapat dipastikan dibangun secara gotong royong.
               3. Nilai Musyawarah
                     Dalam  kehidupan  berkelompok,  masyarakat  praaksara  telah  mengembangkan  nilai
               musyawarah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan dipilihnya pemimpin yang dianggap paling tua
               (sesepuh) yang mengatur masyarakat dan memberikan keputusan untuk memecahkan berbagai
               persoalan yang dihadapi bersama.
               4. Nilai Keadilan
                     Nilai keadilan sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat praaksara, yaitu adanya
               pembagian tugas sesuai  dengan kemampuan dan keahliannya. Tugas  antara kaum laki-laki
               berbeda dengan kaum perempuan. Hal ini mencerminkan sikap yang adil karena setiap orang
               akan memperoleh hak dan kewajiban sesuai kemampuannya.
               5. Tradisi Bercocok Tanam
                     Salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat praaksara untuk memenuhi kebutuhan
               hidup  adalah  dengan  bercocok  tanam.  Hal  ini  dibuktikan  dengan  ditemukannya  alat  khas
               pertanian yang berupa beliung persegi dan alat lainnya.






































                   7.  Tradisi Bahari (Pelayaran)


                     Masyarakat praaksara telah mengenal ilmu astronomi. Ilmu ini sangat membantu pada
               saat  mereka  berlayar  dari  pulau  ke  pulau  dengan  memakai  perahu  yang  sangat  sederhana.
               Perahu-perahu cadik merupakan bentuk yang paling umum dikenal pada waktu itu. Perahu
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29