Page 109 - MODUL 12 MIPA
P. 109

KEHIDUPAN POLITIK DAN EKONOMI BANGSA INDONESIA

                              MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

            a.    Konstituante dan Dekrit Presiden 5 Juli 1959



                    Konstituante  adalah  lembaga  negara  Indonesia  yang  ditugaskan  untuk  membentuk
            Undang  –  Undang  Dasar  baru  atau  Konstitusi  baru  untuk  menggantikan  UUDS  1950.
            Konstituante  melaksanakan  sidang  untuk  merumuskan  UUD  yang  baru  dalam  rangka
            menggantikan UUDS 1950. Namun sampai tahun 1958 Konstituante belum berhasil merumuskan
            UUD yang diharapkan. Hal ini terjadi karena adanya perdebatan sengit yang berlarut-larut karena
            anggota  Konstituante  lebih  mementingkan  partainya  dibanding  kepentingan  negara.  Dalam
            kondisi tersebut, muncul pendapat di masyarakat untuk kembali kepada UUD 1945.

            Kegagalan  Konstituante  dalam  menyusun  UUD  yang  baru  terjadi  karena  sering  terjadi
            perpecahan pendapat antara anggota Konstituante. Terlebih, konstituante terpecah ke dalam dua
            kelompok  besar  yang  saling  bertentangan,  yaitu  kelompok  Islam  dan  kelompok  Nasionalis.
            Kelompok  Islam  menghendaki  dasar  Negara  Islam.  Sedangkan  kelompok  nasionalis
            menghendaki dasar Negara Pancasila. Pemilu 1955 ternyata tidak mampu menciptakan stabilitas
            politik seperti yang diharapkan.  Bahkan  muncul  perpecahan  antara  pemerintah  pusat  dengan
            beberapa pemerintah di daerah. Perpecahan tersebut ditandai dengan berdirinya gerakan-gerakan
            bersifat kedaerahan seperti; Dewan Manguni di Sulawesi Utara, Dewan Gajah di Sumatera Utara,
            Dewan  Benteng  di  Sumatera Tengah,  Dewan  Garuda  di  Sumatera Selatan,  Dewan  Lambung
            Mangkurat di Kalimantan Selatan yang kemudian menjadi gerakan yang ingin memisahkan diri.
            Daerah – daerah tersebut tidak mengakui pemerintah pusat dan bahkan membentuk pemerintahan
            sendiri  seperti PRRI dan PERMESTA. Dengan melihat berbagai  kondisi yang terjadi selama
            masa  demokrasi  Liberal,  pemilu  yang  tidak  bisa  menciptakan  stabilitas  politik,  gejolak  di
            berbagai daerah, diperparah dengan kekagagalan  Konstituante dalam  merumuskan  UUD  yang
            baru, maka presiden menganggap Indonesia dalam keadaan bahaya sehingga pada tanggal 5 Juli
            1959 ia mengeluarkan dekrit.


            b.      Kebijakan Demokrasi Terpimpin

                    Dekrit  Presiden  5  Juli  1959  mendapat  dukungan  komponen  masyarakat  ,  TNI,
            Mahkamah  agung  serta  sebagaian  besar  anggota  DPR.  Hal  ini  disebabkan  masyarakat
            mendambakan  stabilitas  politik  dan  keamanan  dalam  rangka  pembangunan  bangsa.  Namun
            Dekrit Presiden tidak dapat dilepaskan dengan berlakunya konsep Demokrasi Terpimpin.
                    Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi dimana seluruh keputusan serta
            pemikiran berpusat pada pemimpin negara, kala itu Presiden Soekarno. Demokrasi terpimpin
            muncul seiring keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan Tap MPRS Nomor VIII/MPRS/1959.
            Dalam  membentuk  ideologi  bagi  Demokrasi  Terpimpin,  Sukarno  memperkenalkannya  dalam
                                                             Modul Sejarah Indonesia 12 | 99
   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114