Page 17 - Bahasa-Indonesia-BS-KLS-VI
P. 17

gedung peninggalan Belanda. Bu Pertiwi melangkah menuju pintu untuk melihat
                       siapa yang ada di luar. Tidak mungkin ada hantu di siang bolong. Anak-anak
                       ribut sambil menunjuk-nunjuk ke arah jendela. Ternyata itu adalah Pak Rizal,
                       ayah Hana, yang rambutnya sudah habis tercukur.

                       “Maaf, Bu Pertiwi, saya mau menyusulkan oleh-oleh dari Jepang untuk teman-
                       teman Hana. Tadi tidak sempat terbawa Hana karena dia terburu-buru,” Pak
                       Rizal berkata dari jendela.

                       Hana baru sadar bahwa dia melupakan cendera mata yang sudah dia siapkan
                       untuk teman-teman barunya. Kelas kembali riuh. Hana mengedarkan kantung-
                       kantung berisi permen Wagashi dan sisir Tsuge, buah tangan khas dari Tokyo.
                       Hatinya menghangat karena teman-teman barunya memang ramah dan senang
                       hati menerimanya sebagai penghuni kelas yang baru. Hana menyalami temannya
                       satu per satu dan mencoba menghafalkan nama-nama mereka. Sampai di ujung
                       kelas, siswa yang terakhir dia salami berkata, “Jangan sampai lupa, namaku
                       Juna.”










                                                                  Bab 1 | Bangga Menjadi Anak Indonesia          7
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22