Page 130 - LAYOUT_KUMPULAN_CERPEN_160222_Neat
P. 130
“Sabar ya Mbak Ayu, nanti kita coba cari lagi ya
ponselnya. Kalau nomor Mbak Ayu aktif, sebetulnya bisa kita
lacak keberadaannya melalui peralatan intelijen di kantor BNN.
Berhubung nomornya tidak aktif, jadi tim intelijen BNN juga tidak
bisa melacaknya sekarang,” kataku sambil mengelus bahu Mbak
Ayu dengan kepalanya yang masih tertunduk.
Lagi-lagi aku merasa bersalah. Aku merasa semakin gagal
untuk memberi pelayanan yang terbaik kepada tim audit BPK.
Harusnya aku lebih teliti lagi dalam mengawasi barang-barang
berharga milik mereka.
***
Akhirnya kami tiba di hotel untuk check in. Tepat pukul
19.30 WIB kami diantar menuju kamar masing-masing sambil
melewati lukisan-lukisan tua yang bergambar wajah perempuan
dan laki-laki Belanda.
Ternyata hotel ini dibangun sejak masa penjajahan.
Pantas saja bangunannya terlihat sudah sangat tua. Konon,
hotel ini dibangun oleh lelaki berkebangsaan Belanda yang
dipersembahkan untuk istrinya tercinta.
Lobinya tampak remang-remang. Lorong kamar hotelnya
pun sedikit gelap. Lampunya terlihat redup semua. Aku masuk
ke kamarku yang berhadapan dengan kamar Mbak Ayu. Aku
nyalakan semua lampu. Ternyata lampunya semua berwarna
kuning. Ternyata kamar ini model twin bed. Ada dua ranjang
118 Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK”