Page 57 - LAYOUT_KUMPULAN_CERPEN_160222_Neat
P. 57
selalu menolak apa saja yang aku tawarkan. Mulai dari makanan,
minuman, sampai usulan antar jemput dari kantor ke hotel
tempatnya menginap, ditolak mentah-mentah. Bahkan, segelas
air mineral yang aku suguhkan kemarin pun tidak pernah
disentuhnya. Iya, aku tahu dia pegawai BPK RI yang sepertinya
didoktrin untuk tidak menerima apapun yang diberikan oleh
pihak yang diaudit. Tapi, ya, tidak begitu juga caranya. Aku
hanya ditugaskan untuk mendampingi dan melayani tamu yang
sedang bekerja di kantorku. Apa aku salah kalau menjamu tamu?
***
Seperti biasa, siang ini aku kembali ke ruangan tempat
Sigit bekerja. Dari sudut pintu terlihat dia masih sibuk memeriksa
tumpukan berkas laporan keuangan kantor. Mataku beralih ke
meja yang ada di pojok ruangan. Di atas meja sudah tersedia
makanan ringan dan minuman yang sudah aku siapkan sejak
pagi tadi. Ternyata posisi makanan dan minumannya tidak
berubah, masih sama dengan tadi pagi. Artinya, Sigit sama sekali
tidak menyentuh apa yang sudah aku suguhkan. Aku mendengus
dan berbalik meninggalkan ruangan. Dengan langkah cepat aku
bergegas ke ruangan Pak Zaid.
“Ada apa, Wita?” tanya Pak Zaid ketika melihatku masuk
ruangan dengan nafas tersengal-sengal.
“Saya sudah enggak tahan, Pak. Saya mundur saja jadi
pendamping auditor!” ujarku dengan nada emosi.
Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK” 45