Page 58 - LAYOUT_KUMPULAN_CERPEN_160222_Neat
P. 58
Pak Zaid membetulkan posisi duduknya.
“Tenang. Duduk saja dulu,” ujar Pak Zaid sambil
memberikan kursi yang ada di depannya.
“Memangnya kenapa tiba-tiba pengin mundur?”
lanjutnya.
“Percuma saya jadi pendamping auditor, Pak. Saya cuma
menyiapkan dokumen-dokumen yang diminta. Selain itu, semua
yang saya tawarkan pasti selalu ditolak. Entah itu makanan,
minuman, dan lain-lain. Mungkin dipikirnya saya mau nyuap dia.
Saya tersinggung, Pak!” jawabku masih dengan emosi.
“Yaaa, mungkin itu aturan mereka. Biar ndak ada indikasi
terima suap dari pihak yang diaudit. Sudahlah, abaikan saja,” jelas
Pak Zaid.
“Tapi, Pak. Saya, kan, manut sama perintah Bapak.
Menjamu tamu! Dia enggak menghormati kita sebagai tuan
rumah!” potongku.
“Ndak apa-apa, Wit. Yang penting kita sudah melayani
dia sebagai tamu. Terserah dia mau terima atau ndak. Itu hak dia,
lho,” jawab Pak Zaid dengan sabar.
Aku bersungut.
46 Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK”