Page 79 - LAYOUT_KUMPULAN_CERPEN_160222_Neat
P. 79
dari teman sekantor masing-masing. “Bekal lagi Ndin?” begitu
biasanya teman-temannya saat ajakan mereka ditolak. “Hemat
amat...banyak nih tabungannya Andin.”
Ah, mana mereka tahu betapa terhimpitnya kami, batin
Andini pedih. Mana mungkin mereka tahu persis berapa puluh
juta yang masuk dan berapa puluh juta pula yang mengalir
keluar. Kadang ia merasa berdosa karena meringis setiap harus
mengeluarkan uang untuk orang tua dan adiknya. Tuhan, apakah
ketika aku merasa ini berat artinya aku tidak bersyukur? Sering ia
bisikkan kalimat itu dalam tiap doanya.
Dan sekarang, jawaban atas rasa berat itu seolah tersaji
di hadapan Andini. Atau tepatnya, di layar pesan telepon
selulernya. Pikiran Andini mulai mempertanyakan, jangan-
jangan Pak Sekretaris Dinas tahu ia dalam kondisi kekurangan
dan bermaksud baik menolong. Mungkin inilah jawaban Tuhan
atas doa-doanya.
Atau mungkin bukan aku yang pertama kali mendapatkan
tawaran ini, batin Andini lagi. Jadi kalaupun aku menerima,
mungkin aku nggak seorang diri, pikirnya. Mungkin kalau
nilainya tidak seberapa, semua orang akan melupakannya.
Mungkin memang temuan itu tidak layak dimuat karena kurang
matang prosedurnya, iya kan? Anggota timnya yang menyusun
draft temuan itu, Tika, juga masih baru mengikuti satu kali
pemeriksaan. Tika tidak harus tahu kejadian sebenarnya.
Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK” 67