Page 77 - LAYOUT_KUMPULAN_CERPEN_160222_Neat
P. 77
telepon selulernya. “Belum, Pak Didik. Teman-teman anggota tim
saya suruh pulang duluan supaya tidak kelelahan, besok mereka
pengujian lapang,” jawabnya.
“Salut saya dengan dedikasi teman-teman BPK dalam
mengaudit,” puji Pak Didik. Tak lupa dia menyampaikan pesan
bosnya, “Oh iya, Bu. Pak Sekdis titip pesan, katanya mohon
balasan pesan beliau, begitu. Kurang tahu juga pesan apa yang
dimaksud.”
***
Bulir-bulir keringat terbit di pelipis Andini, padahal
ruangan itu ber AC. “Eh iya Pak Didik. Sampaikan saja pada Pak
Sekdis, sebentar lagi pasti saya balas,” cicitnya. Pak Didik pasti
tahu soal pesan itu, batinnya gelisah. Untung saja notifikasi adzan
maghrib di telepon seluler Andini berbunyi, ia jadi menemukan
jalan kabur, untuk sementara. “Saya minta waktu untuk sholat
dulu Pak, sudah beberapa hari mepet-mepet terus sholat saya
karena sibuk,” kata Andini berbasa-basi.
“Baik Ibu, silakan,” jawab Pak Didik sambil mengulas
senyum penuh pengertian. Setelah berkata demikian staf
Sekretaris Dinas itu pun keluar ruangan meninggalkan Andini.
Begitu pintu tertutup, pikiran Andini melayang ke rumah.
Teringat ia akan perkataan suaminya pagi ini sambil menatap
hujan di luar rumah mereka yang sederhana.
Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK” 65