Page 88 - LAYOUT_KUMPULAN_CERPEN_160222_Neat
P. 88

Kopi yang kusajikan di atas meja lagi-lagi dia biarkan
          menjadi dingin. Sosok itu pergi menyangklong tas, meninggalkan

          banyak sekali pertanyaan dalam benakku. Bolehkah aku
          menunggu kedatangannya? Apakah aku terlalu serakah jika
          menginginkan dia kembali?

                                        ***

                 Pada akhirnya Hadi kembali. Memesan secangkir kopi

          hitam dan tela goreng. Dan membawakan oleh-oleh. Untukmu,
          katanya seraya menyerahkan dus besar. Lalu menyerahkan tas
          kecil dengan sebuah kotak kecil didalamnya.

                 “Yang ini aku nitip, ya. Dari adikku.”


                 Aku mengangguk tanpa berani bertanya apa isi kotak
          itu. Karena lagi-lagi aku tak mau menjadi serakah padanya. Aku
          sudah cukup bahagia melihatnya kembali. Itu saja.


                 Tapi kali ini dia tak kembali, sejak pagi tadi. Sebagai
          gantinya ketiga pria ini masuk ke dalam warung melihat-lihat
          sekeliling. Lalu  meminta ijin  masuk ke  kamar tidur  di bagian
          belakang. Ketiganya terpaku pada benda diatas meja.


                 “Apakah Saudara Hadi yang memberi Anda gramophone
          ini?”

                 Aku baru tahu benda itu memiliki nama yang asing
          ditelinga. Aku sangat suka mendengarkan musik klasik meski

          aku bodoh tentang Mozart, Beethoven dan teman-temannya.



          76    Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK”
   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93