Page 159 - BUKU KUMPULAN CERPEN "AKU DAN BPK"
P. 159
“Polisi,” koreksi Hendra. Telapak tangannya menyapa
rambut Mala yang diikat dua di sisi kepalanya. “Kalau gitu
harusnya Papa dibilang keren juga, dong!”
“Enyapa?”
“Loh, Papa juga memberantas kejahatan. Kalau Pak Poci
menangkap penjahatnya, kalau Papa mencari tau ada penjahat
atau enggak, supaya dana Covid digunakan dengan tepat
sasaran. Membantu Pak Jokowi!”
Mata Mala melebar. “Pak Owi?”
“Iya, dong!”
“Tapi Papa kok nggak ada di TV?”
“Iya tuh, katanya keren, kok nggak ada di TV?” Natalia ikut-
ikutan, sambil menumis sayurannya.
“Ehhhh, Mama malah ikut-ikutan, ya!” Hendra melepaskan
usapan tangannya dari Mala dan berbalik menuju istrinya. Ia
menggelitik pinggang Natalia sampai Natalia harus melepaskan
wajannya. Mala tidak mau tertinggal. Ia menghampiri juga kedua
orangtuanya, dan menyusup ke tengah-tengah mereka.
Hendra tersenyum, tidak hanya di bibir melainkan dalam
hatinya. Hendra bertekad untuk terus bekerja dengan giat dan
jujur, dan menjadi kebanggaan untuk keluarga kecilnya ini.
Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK” 147