Page 27 - BUKU KUMPULAN CERPEN "AKU DAN BPK"
P. 27
Dengan pontang-panting, ia masih berusaha berjalan,
meski lebih mirip zombie di film-film Barat.
Ia terus menggerutu, merasakan dirinya adalah orang
paling apes di dunia. Akhirnya, ia menyerah. Kakinya kram,
membuat keseimbangannya hilang dan akhirnya ambruk di
trotoar. Ia menjerit kesakitan di tengah hujan yang begitu deras,
bersama nasib malang yang ia alami malam itu.
Demikianlah, hingga akhirnya tukang becak menolongnya
dan membawa Amir ke warung angkringan terdekat, bersama
para tukang ojek pengkolan yang sepi penumpang, dan suara
atap terpal yang dihujani air mata malaikat malam itu. Ah, sialnya.
Di dalam tenda beratap terpal berwarna biru itu, Amir
terus menggerutu. Ia mengeluh. Bicara ngalor-ngidul bahwa ia
manusia paling apes hari itu, bahwa ia mungkin akan dihukum
setelah kejadian ini. Dalam laptop yang dijambret itu, ada laporan
audit beberapa lembaga negara yang belum ia selesaikan.
Mungkinkah jambret tadi suruhan orang untuk menghilangkan
jejak korupsi? Mungkinkah ia sedang dikerjai para penguasa.
Ah. Sudah hampir setengah jam, ia tak berhenti bicara dengan
menggebu-gebu.
“Oh, jadi Mas ini kerjaannya kayak nangkep-nangkepin
koruptor gitu,” tanya salah seorang tukang ojek kepada Amir,
memotong pembicaraan.
Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK” 15