Page 26 - BUKU KUMPULAN CERPEN "AKU DAN BPK"
P. 26

kecil lain. Ia menengok ke belakang, penjual martabak hanya
          memandangnya  seolah  tak  peduli.  Sementara  pembeli  lain

          hanya melihatnya sebentar, lantas kembali memalingkan wajah
          ke layar gawainya.

                 “Ah, sial sekali.”

                 Ia harus memutuskan, mana yang harus dikejar, karena
          dua anak kecil itu berpisah. Si penjambret berambut ikal berlari

          ke arah kanan, sementara satunya lagi ke arah kiri, masuk ke gang.
          Akhirnya, ia memilih mengejar si penjambret yang berlari ke arah
          kanan. Selain medannya dianggap lebih mudah, si penjambret

          itu juga membawa tas berisi laptop. Di dalamnya berisi laporan
          audit BPK yang belum ia selesaikan. Sementara kantong plastik
          yang dibawa si penjambret lain, hanyalah dua kotak martabak
          bertoping cokelat dan kacang.


                 Amir memantapkan langkah. Ia menembus hujan.
          Mengayunkan dua kakinya sambil berteriak  “copet-copet”
          meskipun sia-sia, karena bunyi air hujan yang jatuh lebih
          kencang dari suaranya. Awalnya ia berpikir si penjambret akan
          gampang ditangkap, mengingat ia masih kecil, dan merasa

          larinya lebih cepat. Namun, ia sama sekali salah. Entah sudah
          berapa ratus meter, berapa kelokan, dan berapa kali ia terpeleset,
          bikin  nafasnya  habis,  kakinya  ngilu,  dan  dengkulnya  memar

          karena jatuh. Ah, hanya ada satu kata: apes! Ia lemas, merasakan
          setengah nyawanya sudah hilang. Anak kecil yang ia kejar sudah
          tak terlihat lagi.



          14    Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK”
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31