Page 34 - C:\Users\ameli\OneDrive\
P. 34
Materi
Tau Gak Sih ?
Sebuah prosesi menarik warga masyarakat yang selalu
menjaga sumber mata air kehidupan dan melestarikan
lingkungannya dirangkai dalam “Festival Gunung Slamet”.
Prosesi pengambilan air di sumber mata air Sikopyah pada
rangkaian Festival Gunung Slamet (FGS) diawali dengan
berkumandangnya tembang dhandang Gulo di desa dukuh
Kaliurip Gunung, desa Serang, Kecamatan Karangreja,
Purbalingga. Tembang tersebut memiliki makna yang
menggambarkan kehidupan warga yang rukun tentram dan
damai yang tidak terlepas dari air kehidupan yang berasal
dari mata air di bawah kaki Gunung Slamet.
Para pembawa lodhong (tempat air dari bambu yang
memiliki kandungan kombinasi selulosa, hemiselulosa dan
lignin) berjumlah 777 terdiri dari ibu – ibu, remaja putri dan
putra berkumpul di Mesjid dukuh untuk didoakan. Setelah
air ( ) diambil lalu air dalam lodhong itu disemayamkan
2
beberapa hari untuk di bawa ke lembah asri. Iringan
pembawa lodhong diikuti ribuan warga lainnya membawa
nasi penggel. Nasi penggel/nasi jagung (merupakan sumber
karbohidrat utama dalam bentuk pati/amilum [ ]n) itu
6 10 5
mereka menyebutnya sebagai nasi trigi, karena berisi tiga
jenis lauk dan sayur yakni sayur oseng pepaya, tempe
goreng, dan ikan asin. Setelah berkumpul di balai desa, warga
pembawa lodhong dan pembawa nasi Penggel menikmati
makan bersama. Prosesi pengambilan air dengan 777
lodhong bambu dicatat oleh Museum Rekor Indonesia
(MURI).
25