Page 71 - umipdf
P. 71
8. Susunan barisan makmum adalah: laki-laki dewasa tepat berada
di belakang imam, disusun dengan shaf remaja dan laki-laki,
kemudian baru shaf perempuan. Jika masjid berlntai lebih dari
satu, maka shaf laki-laki sebaiknya satu ruang dengan imam
(satu lantai), sedangkan shaf perempuan di lantai lain.
9. Barisan shaf hendaknya dirapatkan, tidak ada kerengganan,
tetapi jangan terlalu semppit sehingga membuat gerakan shalat
menjadi sulit. Ukuran rapat tersebut bukan berdasarkan
kerapatan laki-laki antar makmum. Adapun lebar kaki
mengikuti lebar tubuh para makmum.
10. Imam jangan sampai mengikuti atau terpengaruh oleh
makmum.
11. Shalat makmum harus bersesuaian dengan shalat imam, baik
jenis atau peraturanny, misalnya sama-sama mengerjakan shalat
dzuhur, mengqasar, atau menjamak shalat dan lain sebagainya.
12. Makmum hendaknya memerhatikan dengan tenang bcaan imam
13. Perempuan tidak boleh menjadi imam bagi kaum laki-laki.
14. Seorang imam secara berurutan dipilih berdasarkan: a)
banyaknya hafalan Al-Qur’a dan suaranya lebih baik; b) paling
mengetahui sunah-sunah Rasulullah; c) diutamakan yang lebih
usia tua; d) warga kampung (orang setempat) lebih berhak
menjdi imam dibandingkan seorang musafir, begitu pula seorag
tuan rumah lebih utama menjadi imam dibandingkan dari
tamunya.
15. Janganlah dijadikan imam seorang yang diketahui batal
shalatnya, dan yang diketahui sebagai ahli berbuat dosa.
16. Seorang imam bukanlah orang yang dibenci oleh kebanyakan
makmum dengan alasan keagamaan.
F I K I H M A D R A S A H T S A N A W I Y A H K E L A S V I I 65