Page 54 - Flipbook Materi Mandar Ernawati
P. 54

50







                       Puang To’dang     :  Tidak usah kamu mencari bukti, keluarga kita di beri peputiq
                                            cina  sebanyak  2  buah,  itu  sama  saja  dengan  p  enghinaan!!
                                            padahal seharusnya mereka harus membawakan kita sebanyak
                                            3buah menurut derajatnya
                       Cicci’            :  Artinya  kakanda  Kaco  kende  melamar  Cicci’,  tapi  di  tolak
                                            hanya  karna  peputiq  cina?  Apa  yang  menjadi  kelebihan
                                            Peputiq Cina hanya sehelai kain saja!
                       Puang Bora’       :  Rupanya kamu sudah berani angkat bicara, sejak kapan kamu
                                            berani mengajari tentang adat budaya, apakah kamu juga akan
                                            mempermalukan keluarga ningrat yang terhormat ini
                       Cicci’            :  Tidak  puang,  sama  sekali  cicci’  tidak  berhasrat
                                            mempermalukan  keluarga,  tapi  apakah  karna  derajat  tradisi
                                            sehingga  perkawinan  ini  di  batalkan,  apakah  ada  penilaian
                                            khusus di mata sang pencipta
                       Puang To’dang     :  Cicci’ sekali lagi kamu angkat bicara, maka tangan ini akan
                                            melayang, tak peduli kamu anak satu-satu-Nya. Dan 1hal yang
                                            perlu kamu cam kan, kalau kamu masih berhubungan denga
                                            kaco  kande’,  maka  aku  tak  punya  anak  lagi  yang  bernama
                                            cicci’.
                       Cicci’ tak tahan lagi mendengarkan kata-kata puang-nya yang amat menyakitkan
                       hati, cicci’ berlari dengan sejuta kekesalan.
                       Puang Bora’       :  Cicci’, mau kemana kau nak?
                       Adegan 2
                       Diolo’ pa’ pura mai ana disanggi lita’ mandar lita mapaccing lita peluluareang!!
                       Bahkan di abadikan dalam lagu-lagu sebagai bukti bahwa tanah mandar akan cinta
                       dengan persahabatan.
                       Kaco Kende’       :  Eh maio dolo
                       Anak              :  Apa puang…... ?
                       Kaco Kende’       :  Mutau cicci toh? Kasi ini surat e
                       Anak              :  Beres puang tapi ini dulu dong
                       Kaco Kende’       :  Masih kecil sudah tau sogok menyogok
                       Anak              :  Hore……. Hore…… pokoknya beres.
                       Kaco Kende’       :  Beres yang bagaimana…. ?
                       Anak              :  Pokoknya beres deh, tapi ini nya lagi dong……
                       Kaco kende memberikan uang keringanan kepada anak itu lalu anak itu membisikan
                       (kasian deeeh looooo).
                       Di sisi lain, Cicci’ tidak sabaran menunggu di ruang tamu, menunggu sang kekasih.
                       Cicci’            :  Masuk, bapak ibu tidak ada di rumah.
                       Kaco/cicci’       :  Ingin  berpelukan!! Tapi  di  lerai  ba’dulu dan ba’du samang
                                            (eeeeeh belum saatnya tania muhrim)
                       Cicci’            :  Kalian ada-ada saja (sambil memukul kedua teman nya.)
                       Kaco kende’       :  Cicci’!!  menapa  jadi  begini  mengapa  hanya  tradisi  peputiq
                                            cina sehingga cinta kita kandas di tengah jalan.
                       Cicci’            :  Kaco’ itu tak kan terjadi. Aku juga tak habis pikir. Aku juga
                                            sudah  tak  tahan  dengan  penderitaan  seperti  ini,  bawah  aku
                                            pergi ke ujung dunia sekalian
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58