Page 5 - PERTEMUAN 7A
P. 5
BAB IV
DIALOG DAN KERJA SAMA
ANTAR UMAT BERAGAMA
MATERI PERTEMUAN 7 A
A. KEKHASAN AGAMA-AGAMA DI INDONESIA
1. Kekhasan Agama Kristen Protestan
a. Sejarah singkat pemisahan Gereja
1) Gereja Lutheran
Keadaan Gereja pada abad XVI mengalami pasang surut atau terjadi kemerosotan moral yang sangat
memprihatinkan. Hal ini terjadi oleh karena Gereja terlalu jauh terlibat dalam banyak urusan
duniawi,seperti:
a) Paus saat itu menjadi sangat berkuasa dan memegang supremasi, baik dalam urusan Gereja
maupun kenegaraan. Paus tampil sebagai penguasa tunggal yang cenderung otoriter yang selalu
diwarnai dengan politik uang, begitu pula situasi pemilihan Paus kala itu. Pemilihan Paus
Aleksander VI dan Leo IX, misalnya diwarnai kasus money politic atau korupsi. Komersialisasi
jabatan Gereja dipertontonkan secara terbuka.
b) Banyak pejabat Gereja menjadi pangeran duniawi dan melalaikan tugas rohani mereka. Banyak
imam-imam paroki tidak terdidik, hedonistis, bodoh, tidak mampu berkhotbah, dan juga tidak
mampu mengajar umat.
c) Banyak kebiasaan dalam umat belum seragam. Iman bercampur takhayul, kesalehan berbaur
dengan kepentingan duniawi. Kegiatan Agama dianggap sebagai sebuah rutinitas sosial sehari-
hari, serta mencampur adukan hal-hal profan dengan hal-hal yang suci atau sakral.
Dalam situasi seperti itu, banyak orang merasa terpanggil untuk memperbaharui hidup Gereja, namun
tidak ditanggapi. Kemudian,tampillah Martin Luther dengan melakukan:
a) Menyerang masalah penjualan indulgensi, yaitu orang dapat menghapus dosanya dengan cara
memberikan sejumlah uang kepada gereja.
b) Membela beberapa pandangan baru khususnya ajaran tentang “pembenaran hanya karena iman”
(Sola fide). Luther menyerang wewenang paus dan menolak beberapa ajaran teologi sebelumnya
dengan bertumpu hanya pada Alkitab sesuai dengan tafsirannya.
c) Menolak Ajaran-ajaran para teolog yang mendukung perbuatan perbuatan saleh, kini diragukan
Luther, misalnya: Indulgensi; stipendium untuk Misa arwah; sumbangan untuk membangun
gereja bersama dengan patung-patung yang menghiasinya; pajak untuk Roma; ziarah dan
puasa; relikui dan kaul-kaul; semua tidak ditemukan dalam Kitab Suci. Hanya satu yang perlu:
yakni beriman (Sola fide). Orang yang percaya dibenarkan Allah tanpa mengindahkan
perbuatan baik manusia (Sola gratia).
Rasa lega membuat orang tertarik kepada khotbah Luther yang disebarluaskan ke seluruh Jerman.
Sola fide – fides ex audito – “Hanya iman, dan iman karena mendengar” itu sudah cukup untuk
menjamin keselamatan. Maka,tujuh Sakramen tidak penting lagi; selibat tidak berguna; dan
hidup membiara tidak berarti. Semuanya ini ‘buatan paus’ saja untuk mengejar kuasa dan
untung. Maka, imam, biarawan, dan suster berbondong-bondong meninggalkan biara mereka
masing-masing.
5