Page 53 - Sarudin Pemikat Burung Perkutut
P. 53
Sarudin tiba di rumah kira-kira pukul empat sore.
Wajahnya kelihatan kuyu dan pucat. la tampak sangat lelah.
“Mengapa pulangnya terlalu sore, Din? Wajahmu tampak
pucat,” tanya Bibi menyambut kedatangan Sarudin.
“Tidak apa-apa, Bi. Saya hanya kelelahan.”
“Kalau begitu, kamu lekas mandi. Ada tamu yang ingin
bertemu denganmu,” sambung Bibi sambil berlalu ke dapur.
“Siapa tamunya, Bi?” tanya Sarudin penasaran.
“Sudah, nanti saja. Kamu lebih baik mandi sebelum waktu
asar habis,” kata bibinya sambil memberikan handuk.
Sarudin menuruti kehendak bibinya. Dengan langkah
gontai, ia kemudian pergi mandi ke masjid di samping rumahnya.
Selesai mandi dan salat asar, Sarudin kembali ke rumah. Sambil
bersiul-siul dan berlari-lari kecil, ia mengibas-ngibaskan
rambutnya yang masih basah.
Setelah meletakkan sabun dan handuk, Sarudin masuk ke
kamar untuk berganti pakaian, kemudian datang menemui tamu
itu.
“Assalamualaikum,” sapa Sarudin.
“Waalaikumsalam,” sahut tamu dan Bibi hampir
bersamaan. Mereka kemudian bersalaman.
“Apa kabarnya, Din?” tanya tamu yang berbadan tinggi dan
kekar.
46