Page 3 - WARTA 18 AGUSTUS 2024
P. 3
Sudahkah kita melakukan firman Tuhan yang kita dengarkan Minggu lalu..??
RINGKASAN KHOTBAH
MINGGU, 11 AGUSTUS 2024
Ada Tuhan di dalam Keputusasaan
1 RAJA-RAJA 19: 4-8 ; YOHANES 6:35, 41-51
Dalam dunia pelayaran ada yang disebut dengan garis plimsol. Suatu garis yang
dipakai untuk mengukur beban maksimal yang dapat ditampung dalam sebuah kapal.
Garis tersebut dibuat di badan kapal supaya mudah dilihat. Kapal yang sedang dimuat
lama-kelamaan akan turun, dan turunnya kapal dari permukaan air tidak boleh
melampaui garis itu. Sebab kalau tidak, kemungkinan besar kapal tidak akan stabil di
laut lepas dan membahayakan pelayaran itu sendiri.
Setiap manusia memiliki ‘garis plimsol’nya sendiri. Apabila beban yang ditanggung
oleh seseorang itu melebihi batas, maka resiko untuk mengalami stress akan sangat
tinggi. Hal ini berlaku bagi semua orang termasuk orang sekaliber Elia, nabi besar
Israel. Elia telah mengalami banyak mukjizat ajaib dari Tuhan, dan tidak hanya itu, ia
dipakai Tuhan secara luar biasa di dalam pelayannya sebelum ia mengalami stress.
Menghentikan hujan, mukjizat minyak dan tepun yang tidak habis, membangkitkan anak
janda di sarfat, dan menurunkan api dari langit dan menyembelih 450 nabi Baal.
Tentulah kita akan berpikir, tidak seharusnya Elia mengalami hal ini karena ia telah
mengalami begitu banyak pengalaman bersama Tuhan. Tapi dalam kenyataannya Elia
berseru “Cukuplah sudah! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak
lebih baik daripada nenek moyangku.” Apakah yang menyebabkan hal ini terjadi?
1. Sangat mungkin, ia mengharapkan hal yang lebih dari yang ia lakukan, setidaknya
pertobatan raja Ahab/bangsa israel. Cara berpikir/ekpektasi-nya yang berlebihan ini
membuat ia frustrasi.
2. Dan juga setelah keberhasilannya, ia lupa bahwa yang melakukan pekerjaan hebat
itu adalah Tuhan. Ia begitu terlibat di dalam pekerjaan itu, sampai lupa bahwa itu
pekerjaan Tuhan, bukan pekerjaannya.
Adakah yang membuatmu frustrasi bahkan sampai mau mati seperti Elia? Maka
ingatlah 3 hal ini:
1. Jangan gagal ‘melihat’ Tuhan seperti yang dialami oleh Elia. Elia dalam depresinya
yang mendalam gagal melihat pemeliharan Tuhan, karena ia sedang fokus kepada
kegagalannya (1 Raj. 18:4-8). Walau engkau sedang dalam keadaan terpuruk,
Tuhan tidak akan pernah membiarkan engkau lapar. Tuhan menghadirkan ‘malaikat’
yang sabar berjalan bersamamu. Tuhan juga memberi kekuatan untuk menjalani
hidupmu.
2. Jangan cari Tuhan dengan motif yang salah seperti orang yang mencari Yesus
setelah kenyang. Tuhan tidak melarang orang untuk mencari-Nya untuk kenyang,
tetapi Tuhan mengajar kita untuk mencari sesuatu yang lebih penting, yaitu
kebangkitan. Jangan sampai motif dunia mengaburkan apa yang Tuhan sediakan
bagi yang percaya.
3. Apabila engkau mengerjakan segala sesuatu untuk Tuhan, maka jerih payahmu
tidak akan sia-sia. Tuhan bekerja dengan berbagai cara. Terkadang caranya begitu
jelas, terkadang samar, bahkan tersembunyi untuk waktu yang lama. Hanya
percayalah Ia selalu ada. (TS)