Page 3 - WARTA 15 SEPTEMBER 2024
P. 3
Sudahkah kita melakukan firman Tuhan yang kita dengarkan Minggu lalu..??
RINGKASAN KHOTBAH
MINGGU, 08 SEPTEMBER 2024
Efata! Terbukalah!
MAZMUR 146 ; MARKUS 7:24-37
Markus 7:24-8:26 merupakan rangkaian pelayanan Yesus berlanjut sampai ke
kisah mukjizat Yesus di daerah orang-orang Dekapolis. Di sini ada orang yang tuli dan
yang kerap disebut kafir, tidak mengenal gagap. Yesus menyembuhkan dia dengan
Tuhan. Apa yang bisa kita pelajari dari kisah berkata: Efata! Artinya: “terbukalah”.
pelayanan Yesus ke daerah-daerah ini? Seketika itu juga terbukalah telinga orang itu
Pertama, pelayanan yang Tuhan Yesus dan terlepaslah ikatan pada lidahnya
lakukan menyapa orang-orang di luar sehingga ia tidak gagap lagi dan dapat
kelompok Yahudi, menembus batas-batas berkata-kata dengan baik. Penyembuhan ini
suku bangsa dan juga meruntuhkan tembok- bermakna simbolis: Yesus membuka telinga
tembok diskriminasi. Saat menembus batas orang-orang bukan Yahudi agar mereka
itulah, Yesus berjumpa dengan seorang mendengar kabar baik – Injil, dan mulut
perempuan Yunani berasal dari Siro-Fenisia mereka dilepaskan dari ikatannya supaya
yang meminta kesembuhan bagi anaknya. mereka bisa ikut memuji kebesaran karya
Karenanya pelayanan gereja juga harus siap Allah. Karena itu di masa kini gereja diajak
menembus batas-batas pemisah dan untuk tidak hanya berkarya di lingkup
menghancurkan tembok-tembok diskriminasi terbatas apalagi hanya untuk diri sendiri.
sehingga bisa menjangkau semakin banyak Gereja perlu, bukan lagi berdoa hanya untuk
orang di tengah masyarakat. diri atau lingkungannya sendiri, tetapi juga
Kedua, berkat Tuhan cukup bagi semua untuk orang lain yang membutuhkan
dukungan doa dan perhatian. Andar Ismail
orang, termasuk menjangkau mereka yang dalam buku Selamat Pagi Tuhan (33
berbeda. Kala perempuan Siro-Fenisia itu Renungan tentang Doa) berkata: “Berdoa
meminta tolong Yesus, jawaban Yesus amat
mengejutkan, “Biarlah anak-anak kenyang bukan hanya memejamkan mata, melainkan
membuka mata dan melihat kenyataan di
dahulu, sebab tidak patut mengambil roti sekitar kita; berdoa bukan hanya melipat
yang disediakan bagi anak-anak dan tangan, melainkan juga turun tangan dan
melemparkannya kepada anjing.” Ungkapan
ini mudah dipahami orang zaman itu, karena melakukan tindakan nyata.”
umat Israel kerap memberi cap “anjing” Yesus ingin agar kita meneruskan karya
kepada orang-orang kafir di sekitarnya; pelayanan-Nya di dunia. Kita dipercaya
sementara mereka sendiri menganggap diri untuk menjadi kawan-sekerja Allah. Jika
sebagai “anak” Allah. Tapi perempuan Siro demikian, apakah kehidupan kita saat ini
Fenisia itu tidak putus asa. Ia yakin bahwa telah dipenuhi oleh kasih Allah? Seberapa
orang di luar umat Tuhan pun tetap dapat luas lingkup kasih kita kepada sesama,
merasakan dan menikmati berkat Allah, apakah hanya terbatas pada kelompok etnis
walaupun hanya sedikit dan sisa, seperti tertentu, suku tertentu, golongan tertentu
remah-remah roti yang jatuh dari meja dan agama tertentu saja? Ataukah lingkup
makan. Berkat Tuhan cukup buat semua kasih kita makin meluas dan melampaui
bangsa. Pelayanan gereja harus bisa tembok-tembok kesukuan, geografis,
membuat orang banyak merasakan berkat golongan, denominasi dan keagamaan
Tuhan, bukan hanya sisa-sisanya, tapi sehingga membawa dampak perubahan
bagian yang terbaik. Roti yang enak dan yang transformatif? Selamat berkarya
menyehatkan, bukan sekadar remah-remah meneladan Kristus, pelayanan yang
yang jatuh ke tanah. melampaui batas-batas duniawi dengan
Ketiga, solidaritas menembus batas itu kasih yang tak terbatas, membangun
solidaritas.
membuat sebuah keterbukaan. Perjalanan - (DP)