Page 2 - WARTA 28 JULI 2024
P. 2
RENUNGAN
Ada seorang dari Ba’al-Salisa datang membawakan abdi Allah roti
buah sulung, yaitu dua puluh roti jelai serta gandum baru dalam
sebuah kantong. Lalu berkatalah Elisa, “Berikanlah itu kepada orang-
orang ini supaya mereka makan”
2 Raja-Raja 4 : 42
SALING BERBAGI
Kita sering sekali berpikir “saling berbagi” itu berarti ada sesuatu
yang kita punyai lalu kita berikan kepada orang lain. Tahukah kita
bahwa “saling berbagi” itu tidak selalu dengan memberikan yang
kita miliki. “saling berbagi” bisa terjadi juga saat kita tidak
serakah, tidak boros dalam berbelanja atau memakai apapun itu.
Saat kita tidak menimbun barang maka orang lain dapat membeli
barang tersebut juga. Saat kita memang mampu membayar
pemakainan listrik/air/sembako tetapi kita tetap memakai
seperlunya, maka harga-harga tidak perlu melambung tinggi;
dengan demikian banyak orang mampu membeli juga. Dalam 2
Raja-raja 4: 42-44, kita mendapati sebuah ironi orang yang
membawa makanan kepada Elisa diidentifikasi "seorang pria dari
Baal-Salisa". Memang, latar belakang dari kisah Elisa (penerus
Elia) adalah mendapatkan jiwa-jiwa yang mengenal dan
menyembah TUHAN. Dikaitkan dengan Baal, mencerminkan
bahwa tempat ini dulunya atau telah menjadi pusat
penyembahan Baal di wilayah Efraim (1 Sam. 9:4). Tetapi
ternyata ada seorang pria dari tempat itu membawa makanan
dari hasil pertama kepada abdi Allah itu. Ini menandakan bahwa
ada orang yang berfokus menyembah TUHAN. Jumlah yang
dibawanya: 20 roti jelai dan bulir gandum segar. Bukan jumlah
yang besar/cukup untuk 100 orang, tetapi ia seorang yang peduli.
Elisa memerintahkan agar roti itu diberikan kepada orang
banyak. 20 roti cukup untuk 100 orang bahkan sisa, Mengapa?
Sangat mungkin karena orang-orang hanya mengambil apa yang
mereka butuhkan / tidak menimbun untuk hari berikutnya. Ada
semangat kebersamaan dan ketertiban, penguasaan diri yang
baik; tidak panik takut - individualis meski musim paceklik. Roti
sangat langka sebab tidak ada panen gandum/tepung. Dengan
masing-masing mengambil roti secukupnya, maka banyak orang
kebagian. Berbeda pada awal pandemi COVID-19. Rasa takut
kita membuat kita sangat individualis mengabaikan kebutuhan
orang lain dan mengabaikan hubungan di antara kita. Semangat
menimbun menguasai kita, rak-rak kosong menjadi bukti
kelangkaan/kehampaan yang dirasakan. Mari belajar dari hal ini.
Mari kembangkan “saling Berbagi”, sepatutnya orang beriman.
(MNT)