Page 3 - WARTA 28 JULI 2024
P. 3

Sudahkah kita melakukan firman Tuhan yang kita dengarkan Minggu lalu..??
                     RINGKASAN KHOTBAH


                                MINGGU, 21 JULI 2024

                        Hati yang Berbela Rasa

                    YEREMIA 23:1-6 ; MARKUS 6:30-34, 53-56
       Hati yang berbela rasa adalah sesuatu yang kecil namun memiliki dampak
     dahsyat  dalam  pelayanan  dan  kehidupan  sehari-hari.  Dengan  kehadirannya,
     tantangan  yang  sulit  pun  dapat  diatasi,  sedangkan  tanpa  itu,  tugas  yang
     mudah pun akan dikerjakan secara asal-asalan. Kita dapat melihat beberapa
     tokoh dunia melakukan hal-hal besar yang berangkat dari rasa belas kasihan
     terhadap  sesama.  Namun,  karakter  berbelarasa  ini  tidak  lahir  dengan
     sendirinya, melainkan dimulai ketika kita menyadari bahwa hidup bukan hanya
     untuk diri sendiri, melainkan untuk Tuhan dan sesama.
       Di dalam dunia yang tidak ideal ini, kita dipanggil untuk melibatkan belarasa
     dalam kehidupan kita, seperti yang telah dicontohkan oleh Tuhan Yesus ketika
     ia berjumpa dengan orang yang seperti domba tanpa gembala. Kita hidup di
     tengah  dunia  yang  sedang  kebingungan.  Terlampau  banyak  kondisi  yang
     membuat umat percaya bimbang dan membutuhkan bimbingan. Bahkan tidak
     sedikit mereka yang sangat kelaparan dan kehausan, karena terlalu lelah tetapi
     tidak ada yang memberi makan. Oleh sebab itu, kita dipanggil untuk memiliki
     belarasa agar sebagai sesama domba senantiasa saling memperhatikan.
       Hati yang berbela rasa memiliki empat unsur penting: spontanitas, universal,
     konkret,  dan  tulus.  Setiap  unsur  ini  membantu  kita  untuk  memahami  dan
     merespon  akebutuhan  orang  lain  dengan  cara  yang  penuh  kasih  dan  tulus.
     Spontanitas  berarti  kita  merespon  dengan  cepat  dan  tanpa  berpikir  panjang
     ketika  melihat  orang  lain  membutuhkan  bantuan.  Universal  menunjukkan
     bahwa belarasa kita tidak terbatas pada kelompok tertentu saja, tetapi untuk
     semua  orang.  Sementara  itu,  konkret  berarti  kita  merasakan  apa  yang
     dirasakan  oleh  orang  lain  dan  menunjukkan  perhatian  kita  melalui  tindakan
     nyata. Ketulusan menunjukkan bahwa tindakan kita benar-benar berasal dari
     hati tanpa pamrih.
       Namun, kita harus menyadari tantangan yang datang dengan memiliki hati
     yang berbela rasa, seperti respon orang lain yang mungkin tidak selalu positif.
     Tidak semua orang mampu untuk melihat kebaikan orang lain, dan di sinilah
     kita ditantang untuk memiliki keteguhan di dalam berbela rasa. Apa yang dapat
     dilihat  dan  diukur,  juga  seringkali  menjadi  pemacu,  tetapi  sekaligus
     penghambat  apabila  tidak  sesuai  yang  diharapkan.  Meskipun  demikian,
     memiliki hati yang berbela rasa tetap penting, karena itu mencerminkan kasih
     Kristus  dalam  kehidupan  kita  sehari-hari,  dan  tentunya  akan  mengubah
     lingkungan kita menjadi lebih baik.                                       (TS)
   1   2   3   4   5   6   7   8