Page 22 - E-MODUL FENOMENA KUANTUM
P. 22

Namun, kenyataannya  justru semakin besar frekuensi cahaya, semakin besar pula
               energi kinetik maksimum fotoelektron. Kenyataan lain yang juga tidak dapat dijelaskan
               oleh  teori gelombang  adalah  tidak ada  selang waktu antara  penyinaran  logam  dan
               lepasnya elektron dari logam, bahkan dengan intensitas rendah sekalipun. Ken-
               yataan-kenyataan tersebut menunjukkan bahwa efek fotolistrik tidak dapat dijelaskan jika
               cahaya dipandang sebagai gelombang. Untuk menjelaskan fenomena tersebut, Albert
               Einstein mengajukan teori foton dari cahaya. Teori foton cahaya didasarkan pada Hipote-
               sis Kuantum Planck yang menyatakan bahwa energi getaran molekul dari benda yang
               meradiasikan energi terkuantisasi dengan energi nhf, seperti telah diberikan pada Persa-
               maan (2.1). Menurut Einstein, ketika osilator molekul meradiasikan cahaya, energi osila-
               tor tersebut berkurang sebesar hf, 2hf, atau 3hf, dan seterusnya. Oleh karena energi
               bersitat kekal, cahaya yang dipancarkan  osilator tersebut haruslah tersusun atas
               paket-paket  energi  yang  terkuantisasi.  Paket-paket  energi  yang  terkuantisasi  disebut
               kuanta atau foton dan memiliki energi sebesar








               dengan  E adalah  energy foton (J), h adalah  konstanta planck yang nilainya  6,63 ×
               10^(-34)  Js, f adalah frekuensi cahaya (Hz), c adalah kecepatan cahaya yang besarnya
               3,0 × 10^8  m/s dan λ adalah panjang gelombang cahaya (m).
                        Melalui teori foton, Einstein berhasil menjelaskan fenomena yang terjadi pada
               efek fotolistrik yang selama ini tidak dapat dijelaskan menggunakan teori gelombang.
               Menurut teori, ketika cahaya  dijatuhkan  pada  logam, foton-foton yang berinteraksi
               dengan elektron akan memberikan seluruh energinya pada elektron. Sebuah foton hanya
               berinteraksi  dengan  sebuah  elektron. Dengan  kata lain, energi  yang diterima sebuah
               elektron hanya berasal dari sebuah foton. Dengan demikian, energi kinetik maksimum
               sebuah fotoelektron tidak bergantung pada intensitas cahaya atau jumlah foton, tetapi
               bergantung  pada frekuensi cahaya. Intensitas cahaya atau jumlah foton hanya akan
               meningkatkan arus fotoelektron karena semakin banyak foton yang berinteraksi dengan
               elektron, semakin banyak pula elektron yang lepas dari logam. Ketika elektron logam
               menerima energi dari foton, elektron akan melepaskan diri dari logam. Jika masih ada
               sisa energi, elektron akan bergerak dengan energi kinetik maksimum tertentu. Energi
               foton minimum untuk melepaskan elektron dari logam disebut energi ambang atau fungsi
               kerja. Sesuai dengan Hukum Kekekalan Energi, energi kinetik maksimum fotoelektron
               sama dengan energi foton dikurangi energi ambang, atau secara matematis





               dengan EK_maks yaitu energy kinetic maksimum fotoelektron (J), hf adalah energy foton
               (J) dan W adalah energy ambang atau fungsi kerja (J).




               Modul Fisika                                                  Fenomena Kuantum           17
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27