Page 3 - KARANGAN SENJA
P. 3
2
“eh, maaf! Kursi ini kosong?” tanya Hikaru sambil tersenyum.
Shouta hanya mengangguk, tanpa berpikir Panjang. Sejak saat itu, dunia nya berubah.
Bab 2 : meredup Bersama matahari, menyimpan rasa tanpa suara
Seiring waktu terus berjalan, mereka semakin sering bertemu. Hikaru seperti badai kecil yang
tak pernah bisa diam, selalu bercerita tentang banyak hal tentang hujan yang membuatnya
Bahagia, tentang kucing liar yang ia beri makan, dan tentang impiannya keliling dunia.
Shouta mendengarkan. Ia menikmati caranya berbicara, matanya berbinar, cara ia tertawa dan
tanpa sadar, shouta jatuh. Jatuh dalam perasaan yang ia tahu akan sulit untuk diungkapkan.
Bab 3 : Aku ada, tapi tak terlihat
Namun, bagi Hikaru, shouta hanyalah teman yang selalu ada.
Ia bisa saja datang, berbicara sepuasnya, lalu pergi tanpa benar benar peduli bagaimana
perasaan shouta. Kadang Hikaru lupa kalau shouta juga ingin didengar. Kadang ia tak sadar
kalau keberadaan shouta lebih dari sekedar pendengar. Shouta tetap bertahan, berharap suatu
saat Hikaru akan melihatnya bukan hanya sekedar tempat bercerita, tapi sebagai seseorang
yang menginginkannya lebih dari itu.
Bab 4 : Harapan yang selalu ada
Pada malam hari yang sunyi, shouta sering bermimpi dalam mimpinya, Hikaru akhirnya
melihatnya dalam mimpinya, Hikaru akhirnya mengerti mimpi mimpi itu yang membuatnya
terus berusaha. Shouta mencoba mendekat, mencoba membuat Hikaru mengerti bahwa ia
ada, bahwa ia bisa menjadi seseorang yang lebih dari sekedar teman. Ia hadir saat Hikaru
sedih, ia ada saat Hikaru butuh seseorang, tetapi Hikaru tetap seperti angin- datang dan pergi
sesukanya.
Bab 5 : Semesta berkata lain
Suatu hari, Hikaru datang dengan senyuman berbeda. “aku ingin mengenalkan seseorang”
katanya dengan mata berbinar.
Shouta tahu dia terlambat, semesta tidak berpihak kepadanya. Seketika hatinya seperti daun
kering yang tertiup angin, jatuh tanpa bisa Kembali ke rantingnya. Tetapi ia tetap tersenyum
karna itulah yang dilakukan seseorang yang mencintai dalam diam- dan mengikhlaskan
meski hatinya berantakan.
Sekedar epilog : beberapa bulan kemudian, Hikaru dan orang itu pergi ke kota lain, shouta
Kembali ke bangku taman, tempat dimana mereka pertama kali bertemu.
Angin berhembus lembut. Untuk pertama kalinya ia menyadari bahwa cinta tidak harus
dimiliki. Ada rasa yang cukup untuk dirasakan, meski pada akhirnya tak dapat terbalaskan.
Dan seperti angin yang selalu datang dan pergi, ia akhirnya membiarkan perasaannya terbawa
ke tempat lain- ke tempat di mana ia bisa Kembali menemukan dirinya sendiri.