Page 205 - FIKIH_MA_KELAS X_KSKK_2020
P. 205
c. Subhat.
Alasan golongan yg mengatakan asuransi syubhat adalah karena tidak ada dalil yang
tegas yang menyatakan halal atau haramnya asuransi tersebut. Pada dasarnya, dalam
prinsip syariah hukum-hukum muamalah (transaksi bisnis) adalah bersifat terbuka,
artinya Allah Swt. dalam Al-Qur’an hanya memberikan aturan yang bersifat garis
besarnya saja. Selebihnya adalah terbuka bagi ulama mujtahid untuk
mengembangkannya melalui pemikirannya selama tidak bertentangan dengan Al-
Qur’an dan Hadis. Al-Qur’an maupun Hadis tidak menyebutkan secara nyata apa dan
bagaimana berasuransi. Namun bukan berarti bahwa asuransi hukumnya haram,
karena ternyata dalam hukum Islam memuat substansi perasuransian secara Islami
sebagai dasar operasional asuransi syariah.
RINGKASAN
1. Riba adalah pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual beli, maupun pinjam
meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip mua’amaalat dalam Islam.
2. Riba merupakan salah satu usaha mencari rezeki dengan cara yang tidak benar dan
dibenci Allah Swt.
3. Setidaknya ada 4 (empat) macam riba, yaitu: qord, fadl, nasiah, dan yad.
4. Hukum riba adalah haram.
5. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
6. Dilihat dari segi penerapannya bank terbagi menjadi dua yaitu bank konvensional dan
bank syariah.
7. Asuransi pada umumnya adalah suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin
berjanji kepada pihak yang dijamin untuk menerima sejumlah uang premi sebagai
pengganti kerugian yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari
satu peristiwa yang belum jelas akan terjadi.
8. Ketentuan mengenai asuransi masuk dalam kategori objek ijtihad karena
ketidakjelasan ketentuan hukumnya. Hal ini terjadi karena memang ketentuan
mengenai asuransi, baik di dalam Al-Qur’an maupun Hadis Rasulullah Saw. termasuk
para ulama tidak banyak yang membicarakannya.
FIKIH X 193