Page 76 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
P. 76

PRESIDEN
                                                   REPUBLIK INDONESIA



                                                        -       4       -



                        Dengan pertimbangan-pertimbangan  dimaksud di atas, undang-undang ini

                        mengatur penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang disebabkan oleh

                        :
                        a.  perbedaan pendapat atau kepentingan mengenai keadaan ketenagakerjaan

                           yang belum diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian

                           kerja bersama, atau peraturan perundang-undangan;

                        b.  kelalaian atau ketidakpatuhan salah satu atau para  pihak dalam

                           melaksanakan ketentuan normatif yang telah diatur dalam  perjanjian

                           kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau  peraturan
                           perundang-undangan;

                        c.  pengakhiran  hubungan kerja;

                        d.  perbedaan pendapat antar serikat  pekerja/serikat buruh dalam satu

                           perusahaan mengenai pelaksanaan hak dan kewajiban keserikat  pekerjaan.


                        Dengan cakupan materi perselisihan hubungan industrial sebagaimana

                        dimaksud di atas, maka undang-undang ini memuat pokok-pokok sebagai

                        berikut :

                        1.  Pengaturan penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang terjadi

                           baik di perusahaan swasta maupun perusahaan di lingkungan Badan Usaha
                           Milik Negara.

                        2.  Pihak yang berperkara adalah pekerja/buruh secara perseorangan maupun

                           organisasi serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha atau organisasi

                           pengusaha. Pihak yang berperkara dapat juga terjadi antara serikat

                           pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat buruh lain dalam satu
                           perusahaan.

                        3.  Setiap perselisihan hubungan industrial pada awalnya diselesaikan  secara

                           musyawarah untuk mufakat oleh para pihak yang berselisih (bipartit).


                                                                                             4. Dalam …
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81