Page 24 - Candiku Yang Hebat
P. 24

Gigi Ale gemeletuk tanpa sadar. Puing-puing, katanya? Matanya menyorot dingin ke

          arah Bian. Di sebelahnya Irwan menepuk bahu Ale pelan, berusaha menenangkan. Irwan

          berharap Ale tidak terpancing emosi lagi seperti kemarin.

               “Grand Palace adalah sebuah kompleks istana kerajaan, sama seperti kerajaan yang

          tadi  diceritakan  Ale.  Istana  apa  tadi?”  Bian  menyipitkan  matanya,  berusaha  mengingat

          nama candi yang tadi disebutkan Ale.

               “Istana Ratu Boko!” dengus Ale.

               Bian  mengangguk.  “Nah  itu!  Dan  kalian  tahu?”  ia  mengedarkan  binar  matanya  ke

          arah teman-teman di sekitarnya. “Sesuai namanya, Grand Palace ini didominasi oleh warna

          keemasan  di setiap  bangunannya.  Megah dan agung.  Grand artinya  megah,  sementara

          palace artinya  istana.  Istana  yang  megah.”  Dada  Bian  semakin  membusung  penuh  rasa

          bangga.

               “Tak hanya itu,” Bian tak perlu menunggu komentar dari teman-temannya yang lagi-

          lagi  terpana  seperti  kemarin.  Kisah  candi-candi  di  Thailand  yang  belum  pernah  mereka

          dengar menjadi keseruan tersendiri. “Grand Palace ini tak sekadar tempat tinggal raja,

          tetapi juga sebagai pusat kantor-kantor pemerintahan kerajaan. Tak heran kalau tempat ini

          jadi salah satu pusat keramaian di kota Bangkok saat itu.”

               “Berarti, lokasi istana ini luas juga ya, Bi?” tanya Dion. “Soalnya istana dan kantor

          pemerintahan dijadikan satu lokasi.”

               “O ya, tentu saja,” angguk Bian. “Grand Palace berada di lahan seluas 218.000 meter

          persegi, atau sekitar 22 hektar luasnya secara keseluruhan.”

               “Lebih luas Istana Ratu Boko berarti. Ratu Boko luasnya 25 hektar,” celetuk Ale yang

          segera ditepuk oleh Irwan.

               Bian menoleh. Raut wajahnya seketika berubah masam. Namun, tak lama karena ia

          sudah  semangat  kembali  setelah  Irwan  mengatakan,  “lanjutkan  lagi  Bi! Aku ingin  tahu

          banyak tentang istana raja di negaramu tadi.”

               Gantian  sekarang  Ale  yang  merengut  mendengar  ucapan  Irwan.  Ia  mendelik  tidak

          suka.

               “Grand  Palace  dibangun  oleh  King  Rama  I, atau  Raja  Rama  Pertama,”  kata  Bian

          melanjutkan.  “Waktu  itu,  Raja  Rama  I ingin memindahkan  ibu  kota  Siam  dari  daerah

          16
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29