Page 26 - Candiku Yang Hebat
P. 26
“Di Wat Phrae Kaew terdapat sebuah patung Buddha yang paling berharga bagi
masyarakat di kerajaan Thailand. Patung ini terbuat dari batu zamrud sehingga akhirnya
dikenal sebagai Candi Buddha Zamrud. Patung suci berwarna hijau ini diukir dalam posisi
Buddha sedang duduk bermeditasi. Tingginya sekitar 66 sentimeter. Saking istimewanya,
tidak ada seorang pun yang boleh menyentuh patung ini kecuali Raja Thailand!”
Beberapa anak ternganga di sekitar Bian. Benar-benar patung yang sangat istimewa
kalau memang begitu. Bayangkan, apabila hanya seorang raja yang bisa menyentuh suatu
benda, itu artinya benda tersebut sangatlah mulia dan berharga. Iya, kan?
“Ada keunikan dan keistimewaan lain dari Patung Buddha Zamrud ini.” Bian semakin
semangat melihat reaksi teman-teman di sekitarnya. “Patung ini selalu mengenakan kostum
atau jubah. Dalam setahun, akan dilakukan tiga kali penggantian kostum oleh Raja Thailand.
Penggantian disesuaikan dengan kondisi cuaca saat itu, musim panas, musim hujan, dan
musim dingin.
“Kostum musim panas dan musim hujan sudah diciptakan dan mulai dikenakan sejak
zaman pemerintahan Raja Rama I. Sementara, kostum musim dingin baru diciptakan pada
zaman pemerintahan Raja Rama III. Yang membuat kostum ini semakin istimewa adalah
karena terbuat dari emas murni. Penggantian kostumnya pun dilakukan dalam sebuah
upacara tersendiri yang berlangsung khusyu dan khidmat.”
“Waah… aku bisa membayangkan betapa megahnya Patung Buddha Zamrud ini,”
gumam Jihan takjub.
“Kalau aku membayangkan gemerlapnya warna keemasan di setiap bangunan
yang ada di Wat Phrae Kaew dan Grand Palace ini,” timpal Nuri. “Pasti kelihatan sekali
kemegahannya.”
Ale mendengus dan membuang muka.
“Jadi, hanya bangunan itu saja yang ada di Grand Palace ini, Bi?” tanya Irwan. Bian
tadi mengatakan kalau Grand Palace ini adalah kawasan istana kerajaan dan pemerintahan.
Tentunya akan banyak sekali bangunan penting di tempat ini.
“Tentu saja tidak. Banyak sekali bangunan indah lainnya di Grand Palace ini. Ada
puluhan bangunan kalau harus disebutkan satu per satu. Jadi begini,” Bian meluruskan
pinggangnya lalu melipat kedua tangannya di dada. Setelah berdeham beberapa kali, ia
18