Page 30 - Candiku Yang Hebat
P. 30
“Kamu kok ngomong begitu?” Bian merangsek maju dan berdiri tegak di depan Ale.
Tangannya tiba-tiba mendorong bahu Ale sehingga anak itu terdorong dan hampir terjatuh.
“Kamu tidak suka kalau candi di negaraku lebih indah ya?”
Ale yang berhasil menyeimbangkan badan kembali berdiri tegak. Matanya menyala.
“Tak ada yang bisa mengalahkan keindahan candi dan peninggalan kerajaan di Indonesia.”
Kedua tangan Ale bergerak cepat dan melakukan dorongan balasan.
Anak-anak perempuan di sekitar mereka seketika menjerit kaget.
Bian terbelalak, tidak menduga serangan itu yang membuatnya kehilangan
keseimbangan. Tubuhnya oleng dan limbung. Untung Irwan sigap melompat ke arah Bian
dan menarik lengannya untuk menahannya agar tidak terjerembab jatuh.
“Hei! Kalian berdua ini keterlaluan!” teriak Irwan galak. Ia tidak pernah suka ada
teman-temannya yang berkelahi atau bermusuhan seperti ini.
“Dia yang mulai mendorong duluan!” Ale meradang. Ia menunjuk Bian.
“Tapi dia yang memancing-macing kemarahan duluan!” Bian tak mau kalah. Matanya
masih berkilat-kilat.
“Sudah!” teguran tegas itu berhasil membuat semuanya terdiam mendadak. Sosok
Bu Lita sudah ada di belakang mereka, menatap keduanya dengan tatapan tegas. Rupanya
sudah hampir pukul tujuh tepat. Bu Lita sudah datang untuk memulai pelajaran. “Ale, Bian,
kalian ikut Ibu ke ruang guru. Sekarang!”
Bu Lita membalikkan badannya dan melangkah duluan ke ruang guru. Di belakangnya
Ale dan Bian mengikuti dengan kepala menunduk.
Baru dua hari Bian berada di kelas ini, tapi permusuhan dengan Ale terasa semakin
memanas.[*]
22