Page 12 - Air Mata Hutan Kami
P. 12

rasakan. Tahun lalu hal seperti ini juga pernah terjadi.

                 Mereka libur sekolah hampir satu bulan. Mereka hanya

                 berkurung di dalam rumah. Begitu membosankan.

                        “Minda,  nanti  kita  salat  magrib  di  musala  ya.

                 Setelah  salat,  kita  tadarus  lagi sambil  menunggu
                 waktu isya,” ajak Syarifah memecah kebisuan di antara

                 mereka.

                        “Wah,  ide  bagus  itu.  Daripada  kita  hanya

                 berdiam diri di rumah,” ucap Inas dengan wajah ceria.

                 Minda masih terdiam, Minda belum dapat memastikan
                 bisa ikut atau tidak. Minda harus minta izin dulu sama

                 neneknya.

                        “Bagaimana, Minda? Kamu dapat ikut kan nanti?”
                 Hanum menggoyang tangan Minda menunggu jawaban.

                        “Insya  Allah,  ya  teman-teman.  Jika  nenek

                 memberi izin, aku pasti ikut,” ucap Minda sedikit ragu.

                        “Oke,  kami  tunggu,  ya,”  ucap  Syarifah,  Inas

                 dan Hanum serentak. Lalu satu per satu teman-teman
                 Minda pulang ke rumah mereka masing-masing.

                        Sebelum berpisah, mereka kembali mengingatkan

                 jika  magrib  nanti  mereka  akan  salat  berjamaah  di
                 musala. Akhirnya Minda tinggal sendiri karena rumah




                 2
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17