Page 8 - PAI Dan Budi Pekerti Kelas 7 - Menuntut Ilmu
P. 8

Ensiklopedi Islami















                   Imam Syafi’i Sebagai Teladan Untuk Bersabar dalam Menuntut Ilmu

                 Nama asli beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman
      bin Syafi’i Al-Qurasyi. Lahir pada 150 H/767 M di Gaza, Palestina. Sedangkan wafatnya di
      Mesir pada 205 H/820 M. Imam Syafi'i adalah pendiri mazhab Syafi'i yakni mazhab fikih
      dalam sunni yang sangat banyak pengikutnya. Imam Syafi'i merupakan satu-satunya imam
      mazhab dari keturunan Quraisy yang nasabnya tersambung kepada Rasulullah Saw melalui
      Abdul Manaf. Beliau memulai perjalanan menuntut ilmunya dengan belajar membaca,
      menulis, dan menghafal Al-Qur’an.
                 Sehingga pada usia tujuh tahun, Imam Syafi'i telah menyelesaikan hafalan Al-
      Qur’an dengan lancar. Setelah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an, beliau melanjutkan dengan
      menghafal berbagai macam syair-syair Arab dan Kitab Al-Muwattha' yang ditulis oleh Imam
      Malik. Setelah ayah Imam Syafi’i meninggal dan dua tahun kelahirannya, sang ibu
      membawanya ke Mekah, tanah air nenek moyang. Ia tumbuh besar di sana dalam keadaan
      yatim.

                 Di Makkah, Imam Syafi’i berguru fikih kepada mufti di sana, Syekh Muslim bin
      Khalid Az Zanji sehingga ia mengizinkannya memberi fatwa ketika masih berusia 15 tahun.
      Demi ia merasakan manisnya ilmu, maka dengan taufiq Allah dan hidayah-Nya, dia mulai
      senang mempelajari fikih setelah menjadi tokoh dalam bahasa Arab dan sya’irnya. Kemudian
      ia pergi ke Madinah dan berguru fiqh kepada Imam Malik bin Anas. Ia mengaji kitab
      Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9 malam. Imam Syafi’i
      meriwayatkan hadis dari Sufyan bin Uyainah, Fudlail bin Iyadl dan pamannya, Muhammad
      bin Syafi’ dan lain-lain. Di majelisnya ini, Imam Syafi’i menghafal dan memahami dengan
      cemerlang kitab karya Imam Malik, yaitu Al-Muwattha’. Kecerdasannya membuat Imam
      Malik amat mengaguminya. Sementara itu As-Syafi’i sendiri sangat terkesan dan sangat
      mengagumi Imam Malik di Madinah dan Imam Sufyan bin Uyainah di Makkah. Imam Syafi’i
      kemudian pergi ke Yaman dan bekerja sebentar di sana. Disebutkanlah sederet ulama Yaman
      yang didatangi oleh beliau seperti, Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Al-Qadli dan
      banyak lagi yang lainnya.
                 Di Mesir Imam Syafi'i bertemu dengan murid Imam Malik yakni Muhammad bin
      Abdillah bin Abdil Hakim. Di Baghdad, Imam Syafi’i menulis madzhab lamanya (qaul
      qadim). Kemudian dia pindah ke Mesir tahun 200 H dan menuliskan madzhab baru (qaul
      jadid). Di sana dia wafat sebagai syuhadaul ilm di akhir bulan Rajab 205 H.





                                                     vii
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13